Banner

Breaking News

Akidah Aswaja adalah Penggabungan Al-Qur'an, Hadits, dan Akal


KH Said Aqil Siroj saat berbincang santai dengan Pengurus PCNU Kabupaten Bekasi

Agama Islam membawa tiga hal. Salah satunya adalah akidah. Sedang akidah warga Nahdlatul Ulama (NU) adalah Ahlussunnah Wal Jama'ah atau Aswaja.

"Aswaja itu adalah penggabungan antara Al-Qur'an, hadits, dan akal. Bukan hanya Al-Qur'an dan hadits saja. Tapi akal juga dipakai," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, dalam perayaan puncak Hari Santri Nasional Kabupaten Bekasi, di OSO Sport Centre, Grand Wisata, Tambun Selatan, Ahad (4/11).

Kiai Said menambahkan, salah satu produk dari akidah Aswaja adalah sifat 20. Itulah karya Syaikh Imam Abu Hasan Al-Asy'ari.

"Kalau kita hanya terpaku pada Al-Qur'an dan hadits saja, maka tidak ada itu sifat 20. Sifat 20 bagi Allah tidak ada di dalam Al-Qur'an dan hadits," tambah kiai kelahiran Cirebon ini.

Imam Asy'ari membaca Al-Qur'an dari awal hingga akhir. Berkali-kali khatam. Di sana, terdapat banyak sifat-sifat Allah.

"Seperti misalnya innallaha sami'un bashir, innallahu syai'un qodir, wallahu bi kulli syai'in 'alim, dan lain sebagainya," jelas Kiai Said.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Ciganjur, Jakarta ini melanjutkan, ayat Al-Qur'an tidak ada yang menerangkan bahwa Allah bersifat wujud.

"Kenapa Imam Asy'ari menetapkan itu (sifat wujud bagi Allah)? Karena sesungguhnya kita ini tidak ada tapi kita diadakan oleh yang ada," jelasnya di hadapan ratusan Nahdliyin yang hadir.

Kemudian Kiai Said menerangkan soal sebutan 'ana', 'anta', dan 'huwa'. Menurutnya, sebutan aku, engkau, dan dia, silakan dipakai oleh manusia tapi sesungguhnya semua itu kepunyaan Allah.

"Ketika nanti manusia yang 'aku' itu mati. Maka tinggal aku yang satu yang tidak mati. Laa ilaaha illa ana fa'budni, laa wujuuda illa ana, laa ana illa ana. Jadi yang sebenar-benarnya aku adalah Allah, manusia hanya meminjam," jelas Kiai Said.

Begitu pula halnya dengan 'anta'. Ketika engkau sebagai manusia itu mati, maka hanya 'engkau' yang satu tidak akan mati.

"Laa ilaaha illa anta inni kuntu minadz-dzholimin. Laa wujuuda illa anta. Laa anta illa anta. Tidak ada engkau kecuali Engkau," jelasnya.

Terakhir, 'huwa' atau dia. Silakan dipakai oleh manusia. Saat 'dia' sebagai manusia mati, maka hanya 'dia' yang satu tidak akan mati.

"Laa illaha illa huwal hayyul qoyyum. Laa ilaaha illa huwa. Laa huwa illa huwa. Tidak ada dia kecuali Dia," kata Kiai Said.

Karena itulah, maka yang ada hanya ada Aku Allah, Engkau Allah, dan Dia Allah. "Kita tidak layak menyandang sifat wujud kecuali Allah," pungkasnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar