Banner

Breaking News

Tuhan dan Allah, Apa Bedanya?


Ilustrasi. Sumber gambar: dutaislam.com

Pengasuh Pondok Al-Hikmah Buntet Pesantren Cirebon KH Salman Al-Farisi menjelaskan bahwa Allah berfirman, orang yang kelak di akhirat paling rugi adalah orang yang semasa hidup selalu menghitung-hitung amaliyahnya.

“Sudah banyak ibadah, salat sering berjamaah, berarti sudah jauh dari neraka dan pasti masuk surga. Dihitung terus,” katanya di Kampung Jarakosta Kebon Kelapa, Desa Sukadanau, Cikarang Barat, Bekasi, pada Sabtu (2/2) malam.

Ia lantas menjelaskan tentang perbedaan tuhan dengan Allah, agar mampu mengucapkan kalimat tauhid dengan hati dan tidak hanya sekadar ucapan di bibir saja.

“Tuhan dalam bahasa arab itu ilahun, yang dalam bentuk tatsniyah atau dua adalah ilahayni. Bentuk jamaknya yaitu aalihatun. Jadi ada bentuk tunggalnya, bentuk dua, dan jamak. Tapi kalau Allah, tidak ada (ragam bentuknya),” jelas Kang Salman, demikian kiai muda ini akrab disapa.

Dijelaskan, tuhan adalah sesuatu yang dianggap penting dan manusia senantiasa didominasi atau dikuasai olehnya.

“Itu namanya tuhan,” katanya.

Baca juga: Ketersembunyian Wali Allah dan Ajaran Kemanusiaan Rasulullah

Banyak fenomena keberagamaan umat Islam yang mulutnya sering mengucap kalimat laa ilaaha illallah, tapi yang ada di dalam pikiran hanyalah materi keduniaan.

“Sering melafalkan kalimat tauhid tapi sepanjang hari dan segala hal yang dilakukan, pikirannya selalu tentang duit. Maka dia hidupnya didominasi oleh duit dan tuhannya adalah duit,” jelas Kang Salman.

Selain itu, ada pula orang-orang yang selalu memikirkan tentang kekuasaan atau jabatan.

“Pagi mikirnya jabatan, siang mikir jabatan, sore mikir jabatan, sebelum tidur pun yang dipikirkan adalah strategi agar punya jabatan. Apa pun akan dilakukan asal karirnya naik dan mendapatkan jabatan. Maka tuhannya adalah jabatan,” kata Kang Salman menjelaskan.

Begitu pula halnya orang-orang yang kerap memikirkan dirinya sendiri, maka tuhannya adalah dirinya sendiri.

“Maka kemudian ada kalimat laa ilaaha illallah. Tidak ada tuhan selain Allah. Artinya tidak ada yang pantas mendominasi dan menguasai hidup kita kecuali Allah,” jelas Sekretaris Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren Cirebon ini.

Dalam tarekat Tijaniyah, lanjutnya, Syaikh Ahmad bin Muhammad At-Tijani jika melafalkan kalimat laa ilaaha illallah, kepalanya menggeleng ke kanan dan kemudian ke kiri.

Laa ilaaha dibuang ke kanan dan illallah ke kiri. Kenapa? Karena hati atau jantung ada di sebelah kiri. Hidup kita, harus kembali kepada Allah. Bukan sekadar kalimat yang ditulis di bendera, tapi hidup kita ada di dalam kalimat laa ilaaha illallah,” jelas Kang Salman.

Ia melanjutkan, barangsiapa yang hidupnya tidak didominasi oleh keduniaan akan selamat dunia dan akhirat.

“Jika hidup sudah tidak didominasi oleh duit, jabatan, dan ego diri maka Insyaallah selamat dunia akhirat,” pungkasnya, diaminkan hadirin. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar