Banner

Breaking News

Noe Letto: Medsos itu Candu


Sabrang, saat menjelaskan Media Sosial di PBNU, Selasa (6/3) lalu.


Dalam sejarah, ada yang disebut revolusi. Pertama, dikenal dengan revolusi industri. Yakni, saat ditemukannya mesin uap. Revolusi yang kedua, saat Thomas Alva Edison berhasil menemukan listrik. Kini, manusia di dunia sedang mengalami revolusi yang ketiga.

Hal tersebut disampaikan Duta Pagar Nusa sekaligus Praktisi IT Sabrang Mowo Damar Panuluh pada acara istighosah dan diskusi bertajuk 'Politik & Cyber Menuju Medsosul Karimah', di Masjid An-Nahdlah, Gedung Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jl Kramat Raya 164, Jakarta Pusat, Selasa (6/3) lalu.

"Semua revolusi itu sudah tentu mengubah tatanan peradaban di dunia. Nah, saat ini kita sedang menghadapi revolusi yang ketiga. Yaitu ketika ditemukannya jaringan internet. Kemudian lahirlah media sosial. Facebook adalah 'anak' dari internet yang ke-85, kemudian ada dunia chatting dan macam-macam sebagainya," ungkapnya.

Kalau dilihat dari kacamata industri, lanjut Sabrang, hanya ada dua jenis yang menyebut pelanggannya sebagai pengguna. Yaitu dunia medsos dan narkoba. Sebab, pada dasarnya semua orang didesain untuk candu.

"Medsos itu adiktif. Mereka (pemilik jaringan internet) akan mendapat keuntungan berlipat ganda saat intensitas anda menggunakan media sosial sangat tinggi. Sebagai contoh, silakan anda taruh handphone di depan, kemudian ada bunyi 'ting', berapa lama anda tahan untuk tidak membuka?" kata putra dari Kiai Emha Ainun Najib itu disambut gemuruh tawa hadirin.

Sekalipun medsos didesain untuk membuat seseorang menjadi candu, vokalis grup band Letto itu mengatakan hal lain. Semuanya tergantung pada tingkat kewaspadaan atas penggunaannya.

"Menjadi candu atau tidak, beracun atau tidak, medsos bergantung pada dosisnya bukan pada medsosnya itu sendiri, tapi seeberapa sering anda menggunakan medsos? Apabila hidup anda diatur oleh medsos, maka anda telah berhasil diracuni, dan itu bahaya," pungkasnya. 

Tidak ada komentar