Banner

Breaking News

Tertawa Berlebihan akan Jatuhkan Wibawa


Kiai Zamakhsyari saat mengaji di Masjid Agung Al-Barkah

Sayyidina Umar bin Khattab mengatakan, barangsiapa yang banyak tertawa maka sedikit wibawa atau pengaruhnya. Hal ini berlaku bagi para pejabat, pemimpin, dan tokoh penting di sebuah organisasi atau instansi, bahkan di pemerintahan. 

Itulah yang diungkapkan Ketua Tanfidziah Pengurus Cabang (PC) Nahdlatul Ulama (NU) Kota Bekasi, KH Zamakhsyari Abdul Majid dalam pengajian rutin mengkaji Kitab Ihya' Ulumuddin karya Imam Ghazali, di Masjid Agung Al-Barkah, Alun-Alun Kota Bekasi, Margajaya, Bekasi Selatan, Kamis (6/9) malam.

"Kata Sayyidina Umar betul itu. Siapa yang banyak tertawa, maka akan dianggap remeh. Siapa orang yang memberbanyak dari segala hal, maka dia akan dikenal dengan banyaknya itu," kata Kiai Zamakhsyari.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi ini kemudian mencontohkan, jika ada orang yang selama hidupnya memperbanyak sedekah, maka orang tersebut akan dikenal dan dikenang karena sedekahnya itu. 

"Man aktsaro syai'in, 'urifa bih. Jadi kalau orang hidup banyak tawa, yang bakal dikenang ya karena tawanya itu, orang yang banyak omong bakal dikenang karena omongannya yang banyak itu," katanya. 

Namun, lanjut Kiai Zamakhsyari, barangsiapa yang banyak omongnya, maka akan mudah tergelincir karena lidahnya. Siapa yang banyak jatuh atau tergelincir, maka sedikit rasa malunya. 

"Nah, orang yang sedikit malunya itu maka sedikit pula wara'-nya. Yaitu sifat kehati-hatian. Dan siapa orang yang sedikit waro' maka matilah hatinya. Sebab, tertawa atau omongan yang berlebihan itu adalah tanda dari kelalaian terhadap akhirat," katanya. 

Penghafal Al-Qur'an akan lupa dengan yang dihafal itu jika dalam hidupnya terlalu banyak tertawa. Sebab tertawa itu membuat seseorang menjadi lupa kepada hal-hal yang sifatnya baik.

Lebih-lebih, kata Kiai Zamakhsyari mengutip salah satu hadits dalam Kitab Ihya Ulumuddin bahwa Nabi Muhammad bersabda, "andaikata kamu tahu apa yang aku tahu, pasti kamu akan banyak tangis dan sedikit tawa."

"Nah, kita ini terbalik. Banyak tertawanya, sedikit tangisnya. Kalau shalat, membaca Al-Qur'an, ibadah lainnya, kita jarang sekali menangis. Itulah tasawuf. Kalau kita ngaji tasawuf, maka kita akan tahu seberapa besar dosa dan maksiat kita selama ini," tutup Kiai Zamakhsyari. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar