Banner

Breaking News

Da'i Jubah Ireng Jelaskan Perbedaan Adzan di Indonesia dan Saudi


Da'i Jubah Ireng bersama Pengurus PC IPNU Kota Bekasi dan Sekretaris PW IPNU Jawa Barat


Fenomena adzan shubuh di Indonesia berbeda dengan di Saudi. Sehingga, banyak orang Indonesia yang ketika mendengar adzan tidak langsung bangun dan bergegas ke masjid.

Demikian diungkapkan Pimpinan Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) Kota Bekasi Ustadz Sayyidi Al-Manaf atau yang akrab disapa Da’i Jubah Ireng saat ceramah dalam peringatan Isra Mi’raj yang diselenggarakan oleh Majelis Ta’lim dan Shalawat Hubburrasul di Masjid Jami’ Al-Ikhlas, Jalan Raya Narogong KM 11, Bantargebang, Kota Bekasi, Jumat (11/5) malam.

“Kalau di Indonesia, adzan shubuh kalimat naum-nya yang panjang; Ash-sholatu khoirum minannauuum. Jadi yang didengar adalah tidurnya saja. Berbeda dengan di Saudi; Ash-sholaaatu khoirum minannaum. Kalimat yang panjang adalah shalatnya, bukan naum­-nya. Jadi saat mendengar adzan, langsung bangun dan bergegas ke masjid menunaikan shalat shubuh berjama’ah,” terang Pimpinan Padepokan Jubah Ireng (PJI) ini.

Karena itu, Da'i Jubah Ireng menambahkan, pada peristiwa Isra Mi’raj, perintah yang turun kepada Nabi Muhammad SAW adalah tentang shalat. Rasulullah diberangkatkan dari masjid ke masjid, karena sebagai pertanda bahwa Nabi mendapat perintah shalat yang lima waktu.

“Dengan kalimat minal masjid ilal masjid ini, maka itu menjadi sebuah sinyal bahwa kehidupan umat Islam akan selalu berhubungan dengan masjid,” kata murid dari Pengasuh Padasuka, KH Syarif Rahmat, ini.

Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kota Bekasi ini mengungkapkan, hal yang harus dibenahi dalam shalat adalah bacaannya. Minimal perbaiki membaca surat al-fatihah. Sebab kalau shalat tapi bacaan al-fatihahnya rusak, maka akan tertolak.

“Kadang, kita ini banyak yang meremehkan Al-Quran. Bicara soal Al-Quran tapi kehidupan kita tidak mencontoh apa yang telah diajarkan Al-Quran. Padahal tempatnya ilmu ada di sana. Bahkan, saya banyak meneliti data perobatan dan doa yang mustajab itu ada di dalam Al-Quran,” ungkap pria yang memiliki keahlian menyembuhkan penyakit mata dengan metode gurah ini.

Parahnya, ia mengimbuhkan, terkadang seseorang mengatakan dalam setiap shalat hanya Allah tempat menyembah dan memohon. Tapi pada realitanya justru berbanding terbalik.

“Kita sering menyebut iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in, tapi realitanya iyyaka na’budu wa dukun nasta’in. Allah tempat menyembah, tapi dukun tempat meminta pertolongan,” ucap da’i yang memiliki rambut gondrong dan berpakaian serba hitam ini.

Usai ceramah dalam kegiatan bertema Sebuah Momentum Perbaikan Ibadah, Terutama Shalat 5 Waktu ini, Da’i Jubah Ireng membuka pengobatan gratis kepada seluruh jama’ah yang ingin menyembuhkan penyakit mata. Salah satu yang mencoba penyembuhan tersebut adalah Sekretaris Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar NU (IPNU) Jawa Barat Rizki Topananda.

Metode itu dilakukan Da’i Jubah Ireng hanya dengan meniup mata pasien dan kemudian terasa sangat perih. Setelah kira-kira 5 menit, mata baru bisa dibuka dan akan mampu melihat dengan lebih cerah. Alangkah lebih baiknya dan untuk kesembuhan, dilakukan secara rutin dengan mendatangi padepokannya di daerah Jatiasih, Kota Bekasi.  (Aru Elgete)

Tidak ada komentar