Banner

Breaking News

Inspiratif, Ada 'Kampoeng NU' di Pelosok Banten





Terletak di Rt009/02, Kampung Sumur, Desa Winong, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Berdiri sebuah kawasan bernama 'Kampoeng Nahdlatul Ulama'. Kampung kecil ini berada di pelosok Serang sebelah barat. 


Semula, berdirinya kampung ini hanya sebuah gagasan inisiatif dari Andis Kurniawan. Ia Ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kecamatan Mancak. Ide kreatif Andis tersebut kemudian disambut baik dan mendapat dukungan dari sahabat Ansor dan Banser di sana. 


"Awalnya, di kampung ini Banser sangat asing. Banser baru ada sejak saya ikut Diklat Terpadu Dasar (DTD). Nama Banser itu asing, pakaian loreng khas Banser juga asing," katanya, saat dihubungi melalui pesan aplikasi WhatsApp, Ahad (1/4).


Ia bersyukur karena setelah kurang lebih setahun, sudah dua kali mengirim pemuda untuk bergabung menjadi Banser. Andis mengungkapkan, kini sudah ada sekitar 24 Banser di kampungnya. 


Gagasan 'Kampoeng Nahdlatul Ulama'


Awal mula muncul gagasan membikin 'Kampoeng Nahdlatul Ulama' berasal dari keprihatian Andis terhadap sebagian besar warga kampungnya. Di sana, 100% warganya menjalankan amaliyah Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah An-Nahdliyah. Sayangnya, saat ditanya mengenai NU, masih banyak warga yang kebingungan. 


"Di kampung saya ini, awalnya jarang dan bahkan susah sekali menemukan bendera NU dan banom-banomnya. Tapi justru, lebih mudah kita menemukan bendera-bendera partai," ungkap Andis, miris.


Sejak itu, Andis menemui Ketua Pengurus Wilayah (PW) GP Ansor Provinsi Banten, Ahmad Nuri. Bercerita keluh kesah yang terjadi di kampungnya. Tak lama, Andis mengikuti kegiatan DTD bersama 12 orang lainnya yang bertempat di Kecamatan Carenang, Kabupaten Serdang. 


Kepedulian sosok Andis terhadap ghiroh NU di kampungnya tidak berhenti. Ia dan rekannya Athoulloh (designer kaligrafi pada tulisan gapura Kampung NU) terus melangkahkan kaki dan memantapkan jiwa untuk memperkenalkan dan membumikan kembali nama NU di kampungnya. 


"Kami memperkenalkan NU disini berjuang dari gardu ke gardu, dari warung satu menuju warung lain untuk mengajak anak-anak muda supaya mau bergabung dengan NU," katanya. 


Tak hanya itu, Andis juga membentuk kelompok pengajian bernama Majelis Al-Khoirot. Wadah tersebut menjadi sarana dalam memperkenalkan dan menyebarkan benih-benih NU kepada generasi muda mengenai NU secara struktural. 


Harapannya, supaya tidak terkontaminasi oleh gerakan-gerakan lain yang bersifat radikal, seperti yang belakangan ini marak di negeri ini, yakni Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).


"Kami ingin menunjukan bahwa di kampung kami, NU itu ada. Bukan hanya sekedar mitos belaka. Kami ingin nantinya generasi kami bergabung dengan kami, berjuang melalui NU supaya tidak mudah diombang-ambing pemikiran lain yang menyalahi kodrat NU," tegasnya. 


Andis melanjutkan, untuk mewujudkan keterkenalan NU di kampungnya, ia bersama sahabat yang lain membutuhkan panggung. Kemudian, muncul ide untuk merayakan Hari Lahir (Harlah) NU yang baru pertama kali diselenggarakan di sana. 


"Bertepatan dengan bulan Rajab ini, kami PAC Ansor Kecamatan Mancak menyelenggarakan kegiatan peringagan Isra Mi'raj yang akan dihadiri Guru Mulia Abuya Muhtadi Dimyathi, Cidahu-Pandeglang, Banten. Kegiatan itu berkat kerja sama dengan masyarakat setempat yang insya Allah akan diselenggarakan pada 8 April mendatang, di halaman Musala Al-Hidayah, Desa Winong," terang Andis. 


Terakhir, Andis berharap supaya setelah terselenggaranya Harlah NU itu nanti, dan diawali dengan berdirinya gapura NU di Kampung Sumur, semua orang bangga dengan NU.


"Dan dengan gagah berani mengatakan, 'Saya NU, Saya bangga jadi warga NU!' Karena NU adalah kita, dan kita adalah NU," pungkasnya.  (Vinanda Febriani/Aru Elgete)

Tidak ada komentar