Banner

Breaking News

Catut Logo, IPNU IPPNU Nilai Politik Asyik Tak Mendidik


Sumber: NU Online


Sesungguhnya tidak ada larangan untuk berkampanye bagi setiap Calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Jawa Barat. Akan tetapi, alangkah baiknya kampanye dilakukan secara sehat. Lebih-lebih, menunjukkan visi-misi dan program kerja atau gagasan untuk kemajuan daerah yang lebih baik.

Demikian diungkapkan Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kota Bekasi Adi Prastyo saat memberikan komentar terkait pencatutan logo NU oleh Cagub-Cawagub Jawa Barat, Ajat-Syaikhu (Asyik), yang akan melaksanakan kampanye terbuka di Lapangan Multiguna Bekasi Timur, Ahad (29/4).

"Kampanye yang sehat itu tidak mengklaim atau membawa golongan dan organisasi kemasyarakatan (ormas) untuk ikut ke dalamnya. Apalagi yang dicatut adalah logo ormas Islam. Itu jelas mengandung dan menyinggung SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan)," kata Tio, demikian ia akrab disapa, kepada Media PCNU Kota Bekasi, Jumat (27/4).
Pencatutan logo NU di Kota Bekasi, lanjutnya, sebelumnya sama sekali tidak ada komunikasi melalui surat atau secara lisan. Karena kampanye akan dilangsungkan di Kota Bekasi, maka sesungguhnya belum pernah terjadi komunikasi apa pun mengenai logo yang dicantumkan dalam poster itu.

"Maka, kepada pihak kampanye Asyik, kami pelajar NU berharap agar meminta maaf atas pencatutan logo tersebut secara tertulis dan lisan, serta melalui media sosial. Lakukan juga klarifikasi kepada masyarakat secara umum," tegasnya. 

Namun Tio berasumsi, jika tim kampanye tidak merasa telah mencantumkan logo NU maka harus ditindak secara jelas dan tegas siapa pelakunya. Karena sudah membawa NU ke ranah politik.

"Seperti yang dijelaskan Ketua PCNU Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid bahwa kader NU jangan pernah membawa NU secara organisasi ke ranah politik," ungkap Tio.

Ia mengajak masyarakat untuk berdemokrasi secara sehat dan cerdas. "Sebab kaum pelajar sangat perlu diajarkan serta dipertontonkan demokrasi yang mendidik," tuturnya. 

Sejalan dengan itu, Ketua Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Yuni Pebriani mengungkapkan bahwa pencatutan itu jelas tidak mendidik. Mencatut sama dengan mengambil milik orang lain tanpa izin.

"Catut logo itu sama sekali tidak mendidik. Kita lagi-lagi dipertontonkan sebuah permainan politik yang jauh dari nilai pendidikan. Mencatut itu sama seperti perbuatan maling. Mengambil tapi tidak izin," ungkapnya. 

Menurut Yuni, semua sponsor atau lembaga pun tidak akan rela logonya digunakan seenaknya tanpa sepengetahuan dari yang punya. 

"Logo IPNU atau IPPNU aja kita pasti gak rela kalau dicatut. Apalagi logo NU yang jelas-jelas organisasi besar, organisasinya para alim ulama yang punya andil besar dalam mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia," pungkasnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar