Banner

Breaking News

Hidup di Zaman Fitnah, Ketum PBNU: Jangan Khawatir


Kiai Said Aqil Siroj sedang ceramah

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengungkapkan, saat ini umat Islam dan khususnya warga NU sedang hidup di zaman yang penuh adu domba dan fitnah. 

"Adu domha, fitnah, gunjing, menjelekkan orang lain, semuanya adalah larangan Al-Qur'an. Sudah dilarang sejak 15 abad lalu. Bukan baru sekarang," ungkap Kiai Said, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad, di Majelis Ta'lim dan Dzikir Syahida, Ponpes Syarif Hidayatullah, Kp Pulo Yaman, Desa Sumberjaya, Tambun Selatan, Bekasi, Rabu (16/1).

Menurut Al-Qur'an, lanjut Kiai Said, fitnah merupakan perbuatan yang lebih bahaya dari pembunuhan. Karenanya, melalui ayat Al-Qur'an, ia mengimbau agar jangan sampai terpengaruh dengan orang-orang yang ke mana pun pergi selalu membawa kebohongan, menggunjing, dan adu domba.

"Hidup di zaman yang serba fitnah ini, tapi kita jangan khawatir. Kita dan keturunan kita, insyaallah menjadi umat yang saleh, hamba Allah yang berprinsip, bermartabat, dan punya jati diri," jelas kiai asal Cirebon ini.

Bisakah kita tidak terpengaruh dengan fitnah?

Kiai Said menceritakan tentang kehidupan Nabi Musa yang hidupnya dikelilingi oleh perbuatan-perbuatan kemunkaran, tapi tidak sama sekali terpengaruh, malah justru bertambah keimanannya kepada Allah.

"Ketika Nabi Musa baru lahir, ada instruksi fir'aun bahwa bayi laki-laki Bani Israil yang lahir harus dibunuh, karena kelak bakal menghancurkan kerajaan. Walhasil, semua bayi Bani Israil yang lahir dan berumur beberapa minggu langsung dibunuh," jelas Kiai Said.

Mendengar kabar tersebut, ibu Nabi Musa lantas mrmasrahkan diri kepada Allah. Kemudian Nabi Musa dihanyutkan di Sungai Nil dan tidak berapa lama ditemukan oleh istri fir'aun bernama Sayyidah Asiyah.

"Sayyidah Asiyah binti Muzahim itu seorang perempuan yang baik, hamba Allah yang beriman dan berakhlak mulia. Ia memelihara Nabi Musa," jelas pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta ini.

Di tengah kehidupan yang penuh fitnah, adu domba, dan kemunkaran, Nabi Musa tumbuh besar dan menjadi dewasa. 

"Di sana, setiap malam selalu ada pentas seni maksiat yang para perempuannya telanjang melakukan tari perut," kata Kiai Said.

Meskipun terdapat banyak kemusyrikan dan kekufuran di dalam istana fir'aun, ditambah dengan kezaliman yang sering terjadi, tapi Nabi Musa hingga dewasa tidak pernah terpengaruh.

"Nabi Musa tidak terpengaruh jadi musyrik, kafir, peminum, pemabuk, dan zina. Padahal Nabi Musa dididik di dalam istana fir'aun yang penuh kemusyrikan. Karena beliau dipelihara oleh seorang wanita yang salehah," tegas Kiai Said.

Kiai Said menganalogikan, bahwa jika para orang tua menitipkan anak-anaknya di pondok pesantten sehingga ikut ulama, maka insyaallah tidak akan terpengaruh dengan keadaan buruk yang terjadi di lingkungan. 

"Kalau anak kita dititipkan pada pesantren, kalau kita sendiri ikut ulama, insyaallah silakan kanan kiri ada hiruk-pikuk narkoba, teroris, minuman keras dan narkoba, hoaks, fitnah, dan ujaran kebencian. Orang yang ikut ulama, tidak akan terpengaruh," tegas Kiai Said dengan gaya bicara yang khas.

Karena itulah kemudian, ia menganjurkan hadirin untuk tidak terpengaruh oleh hasutan dan berbagai berita hoaks bernuansa fitnah atau ujaran kebencian. 

"Jangan terpengaruh dengan hoaks," tegasnya.

Selain Kiai Said, hadir pula beberapa tokoh. Salah satunya Pimpinan Majelis Taklim Syahida KH Ahmad Mubassyir. Kemudian nampak hadir badan otonom dan lembaga NU Kabupaten Bekasi, serta Jaringan Gusdurian Bekasi Raya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar