Banner

Breaking News

Kisah Rasulullah Hadiahkan Selimut kepada Penyair yang Memujinya


Kiai Said Aqil Siroj sedang ceramah

Nabi Muhammad SAW merupakan seorang yang senang saat ada orang lain yang memuji dirinya. Terdapat banyak contoh orang yang memuji Rasulullah, termaktub di Al-Mada'ih An-Nabawiyyah. Yakni kitab yang memuat pujian kepada Nabi. 

Hal itu dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad di Majelis Taklim dan Dzikir Syahida, Pondok Pesantren Syarif Hidayatullah, Kp Pulo Yaman, Desa Sumberjaya, Tambun Selatan, Bekasi, Rabu (16/1).

"Rasulullah tidak melarang kalau dipuji, walaupun beliau tidak pernah meminta untuk dipuji. Kalau ada sahabat yang memuji, beliau senang dan ridho," kata kiai kelahiran Cirebon ini. 

Kiai Said berkisah bahwa suatu ketika ada seorang penyair Ka'ab bin Zuhair bin Abi Salma mengarang syi'ir untuk mencaci maki Rasulullah. Hal ini lantaran sang kakak Bujair bin Zuhair bin Abi Salma memeluk agama Islam. 

Kiai said membacakan syi'ir tersebut dengan sangat tartil.

Ka'ab dalam syi'irnya mengatakan bahwa Rasulullah bersama para sahabat meminumkan arak kepada Bujair. Sehingga sang kakak jadi tidak sadar dan akhirnya masuk Islam, meninggalkan agama terdahulu.

Salah seorang sahabat mendengar kabar bahwa  ada orang yang mencaci-maki Rasulullah yang mengatakan, setiap malam Rasulullah minum arak bersama sahabat.

"Saya akan cari Ka'ab bin Zuhair. Kalau ketemu saya sembelih," kata salah seorang sahabat yang mendengar kabar tidak mengenakkan itu.

Biasanya, Nabi melarang pernyataan keras seperti itu. Tapi kali ini tidak, Nabi justru mempersilakan. 

Saat dalam proses pencarian, Ka'ab bin Zuhair ke masjid menutupi wajah dengan serban merah, menemui Rasulullah yang sedang mengimami salat subuh. 

"Saya dengar ada penyair yang mencaci-maki dirimu. Dan saya dengar, sahabat-sahabatmu sedang mencari pelaku itu dan kalau ketemu mau disembelih," kata Ka'ab berpura tidak tahu, di hadapan Nabi, usai salat subuh. 

"Iya, saya telah izinkan para sahabat," jawab Nabi.

"Kalau dia ke sini minta maaf, diterima tidak?" tanya Ka'ab.

"Saya maafkan," jawab Rasulullah, singkat.

"Kalau dia masuk Islam, diterima tidak? Mendapatkan kedudukan yang sama dengan para sahabat lainnya kah?" 

"Saya terima, dan perlakukan sama kalau masuk Islam."

Ka'ab pun membuka serban merahnya dan mengatakan, "Saya lah orangnya. Mau engkau apakan diriku? Silakan."

"Akhirnya Nabi memaafkan dan Ka'ab masuk Islam. Setelah masuk Islam, langsung keluar syair terbaru memuji Nabi," kata Kiai Said, lantas membacakan syi'ir pujian karya Ka'ab bin Zuhair.

Dikatakan, Rasulullah itu orang hebat, besar, mulia, dan telah sukses memperjuangkan kebenaran laksana pedang yang berasal dari India.

"Muhammad datang dari suku Quraisy Makkah diikuti pula oleh para pengikut yang gagah berani, berhati mulia, dan ikhlas," kata Ka'ab dalam syi'irnya, diterjemahkan Kiai Said.

Setelah dipuji itu, kata Kiai Said, Rasulullah tidak mengatakan jangan memuji-muji dirinya. 

"Nabi tidak mengatakan bid'ah, enggak tuh," kata Kiai Said menyindir orang-orang yang kerap membid'ahkan amalan warga NU.

Ia mengaku membaca sejarah yang banyak dikarang oleh para ulama terdahulu. Diantaranya Al-Kamil fii Tarikh 13 jilid dan Tarikhul Umami wal Muluk 10 jilid.

"Nah kemudian, Nabi memberikan hadiah kepada Ka'ab bin Zuhair selimut yang sedang dipakai. Selimutnya bergaris-garis yang dalam bahasa arab disebut Burdah," lanjut Kiai Said dengan gaya bicara yang khas.

Kepada orang-orang yang meragukan kisah tersebut di atas, ia mengajak untuk pergi ke Museum Topkapi di Istanbul, Turki.

"Di sana, Burdah Rasulullah masih ada beserta cerita dan sejarahnya. Silakan ke sana," pungkas Kiai Said. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar