Banner

Breaking News

Endah Priyati, Hidupkan Sejarah Lewat Drama dan Komik Kreatif


Endah Priyati

Endah Priyati, seorang Guru Sejarah di SMAN 12 Kota Bekasi punya pengalaman unik dengan cara ia mengajar di sekolah. Dalam mengajar, ia terlebih dulu memberikan pemahaman tentang pentingnya berliterasi.

Bagi Endah, melek literasi menjadi kunci utama untuk menjaga serta merawat akal sehat siswa-siswinya. Sebagai guru pelajaran sejarah, ia menyebutnya sebagai ‘literasi sejarah’.

“Literasi sejarah perlu digiatkan dalam rangka merawat ingatan dan akal sehat kita,” kata Endah, kepada Redaksi Media nubekasi.id, pada Jum’at (23/11) malam.

Menurutnya, generasi muda masa kini harus memiliki karakter kebangsaan, kebinekaan, dan juga kemanusiaan. 

"Kalau mereka punya karakter seperti itu, maka akan mampu dan kuat dalam menghadapi era global yang rentan dengan kondisi maraknya gejala intoleransi dan radikalisme," kata perempuan kelahiran Jakarta yang kini berdomisili di Jaticempaka, Pondokgede, Kota Bekasi ini.

Ada hal unik yang Endah lakukan agar siswa-siswinya tak jenuh saat belajar. Ia kerap melakukan praktik menghidupkan sejarah melalui pementasan drama teater.

“Misalnya peristiwa Rengasdengklok dan Proklamasi Kemerdekaan,” kata Aktivis Gusdurian Bekasi ini.

Pembelajaran sejarah yang menarik, aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan bisa dilakukan dengan membangun suasana belajar. Yakni dengan membangun suasana belajar seperti konteks pada masa tertentu.

“Mendalami peristiwa sejarah dengan bermain drama atau mengajak mereka ke lorong waktu kiranya dapat menjadi suatu alternatif,” kata Endah.

Sebab selama ini, lanjutnya, sejarah hanya hidup di buku saja. Menghidupkan sejarah ke dalam dunia nyata jelas akan menjadi pengalaman seru bagi para siswa.

“Mereka nanti akan diperbolehkan untuk mengenakan properti atau kostum sebagai elemen pendukung cerita agar lebih menjiwai. Semakin terlihat nyata, maka akan semakin menarik,” jelasnya.

Setiap siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan peristiwa sejarah yang berbeda dengan kelompok lainnya. Dengan begitu, maka setiap kelompok akan menguasai suatu peristiwa.

“Lalu ketika dipentaskan di depan teman-temannya, mereka akan saling belajar satu sama lain,” katanya.

Endah menjelaskan bahwa dengan metode seperti itu, ruang kelas akan lebih interaktif dan membuat pelajaran sejarah menjadi hidup.

Bagi kelompok yang sungguh-sungguh dalam melakukan berbagai persiapan dan maksimal dalam penampilannya, kelompok lain dianjurkan untuk memberi apresiasi.

“Apresiasi ini menjadi penting karena untuk membangun rasa saling menghargai diantara mereka,” jelas Endah.


Endah (kanan), saat menyanyikan Lagu Indonesia Pusaka dalam Pameran Taman Komik Nusantara

Selain itu, Endah juga menggunakan metode pembelajaran sejarah dengan mengajak siswa-siswinya untuk berkreasi menciptakan komik yang menggambarkan sebuah peristiwa bersejarah. Narasi-narasi yang ditulis dalam komik itu adalah hasil dari rangkaian dialog antarsiswa.

“Komik yang sudah saya garap baru-baru ini adalah komik dengan tema Spirit Juang Kepahlawanan yang harapannya mereka dapat menjiwai serta menghormati para pahlawan bangsa ini,” katanya.

Dalam prosesnya, ia bertindak sebagai penulis narasi dan membuat sketsa. Sedangkan siswa-siswinya ditugaskan untuk melanjutkan pembuatan komik itu hingga tuntas dan kemudian diwarnai sesuai imajinasi serta daya nalar masing-masing.

Perempuan satu ini selalu jeli dalam membuat konten narasi komik. Huruf dan tanda baca tidak boleh salah karena harus menggunakan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang baik dan benar.

"PUEBI ini penting untuk menunjukkan bahwa mencintai bahasa Indonesia adalah cermin kepribadian bangsa," katanya.

Begitu pula halnya dengan konten narasi komik Kepahlawanan yang ia buat. Spirit kekhasan perjuangan setiap tokoh harus muncul.

"Sebab peran dan karakter inilah yang akan dilekatkan dalam ingatan para pembaca," katanya.

Komik-komik buatannya itu pernah diikutsertakan dalam pameran di Pusat Kebudayaan Soka Gakkai Indonesia (SGI). “Saya sudah dua kali ikut pameran dengan tema Pancasila dan Perdamaian serta Melody of Diversity pada 2017 lalu,” tuturnya.

Beberapa komik yang Endah ciptakan

Dikatakan Endah, SGI adalah sebuah lembaga yang tergabung dalam jaringan komunitas penganut Buddhisme Nichiren. Sekitar 12 juta di ratusan negara belahan dunia telah menjadi anggota SGI.

Maka, ia merasa bangga karena karyanya itu dilihat oleh para tokoh masyarakat dan pejabat pemerintahan Republik Indonesia yang datang menyaksikan pameran.

"Ada rasa bangga karena komik yang diikutsertakan dalam pameran Pusat Kebudayaan SGI itu yang sarat dengan nilai perjuangan Indonesia juga dilihat oleh banyak negara yang berdatangan menyaksikan pameran," pungkas Endah dengan rasa bangga.

(Aru Elgete)

Tidak ada komentar