Banner

Breaking News

Endah Priyati: Guru Harus Jadi Sumber Inspirasi



Aktivis Gusdurian Bekasi, Endah Priyati mengungkapkan bahwa guru yang dibutuhkan generasi milenial saat ini adalah seorang yang mampu memberikan asupan gizi literasi sebagai sumber inspirasi.

"Sumber inspirasi itu adalah inspirasi belajar yang inovatif dan menyenangkan bagi para siswa dan siswinya," katanya, kepada Redaksi Media nubekasi.id, pada Ahad (25/11).

Selain itu, lanjut Endah, seorang guru juga harus mampu memberikan pendidikan karakter dan kompetensi terukur.

"Yaitu berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan kerja sama," lanjut Guru Sejarah di SMAN 12 Kota Bekasi ini.

Karena itu, maka tidak boleh lagi ada sentimwn primordial berbasis SARA, cara pikir intoleran, dan menyebarkan hoaks yang mengarah pada perpecahan bangsa.

Dikatakan Endah, Hari Guru Nasional yang jatuh setiap 25 November ini diperingati sebagai bentuk penghargaan terhadap guru. 

"Hari Guru Nasional diperingati bersamaan dengan perayaan ulang tahun Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Ini bermula dengan perjuangan para guru tanah air melalui Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) pada 1912," jelas Endah.

Organisasi tersebut beranggotakan para guru bantu, guru desa, kepala dan pemilik sekolah. Umumnya mereka bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua.

Di masa yang sama, Endah menambahkan, berkembang pula organisasi guru dengan beragam latar belakang seperti keagamaan dan kebangsaan.

Sekitar dua dekade kemudian, PGHB berubah menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI). Penambahan kata 'Indonesia' mengejutkan pemerintah Belanda.

"Sebab kata tersebut mencerminkan semangat kebangsaan," jelas Endah.

Kesadaran kebangsaan dan semangat perjuangan mendorong para guru pribuni untuk memperjuangkan persamaan hak dengan pihak Belanda.

"Kemudian secara bertahap, jabatan Kepala HIS (Hollandsc Inlandische School atau sekolag Belanda untuk Bumiputera) mulai diambil alih orang Indonesia," terangnya.

Akhirnya, terbitlah cita-cita kesadaran bahwa perjuangan para guru Indonesia. 

"Perjuangan mereka tak lagi tentang perbaikan nasib maupun kesamaan hak dan posisi Belanda. Tetapi memuncak menjadi perjuangan nasional," jelasnya.

Namun pemerintah Jepang, lanjut Endah, melarang semua organisasi dan menutup semua sekolah serta membungkam PGI pada masa tersebut.

Barulah setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, PGI kembali menggeliat. Kongres Guru Indonesia digelar di Surakarta, Jawa Tengah, pada 24-25 November 1945.

Kemudian para peserta kongres sepakat menghapuskan semua organisasi dan kelompok guru berlatar belakang perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku.

"Inilah cikal bakal bersatunya guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk," terang Endah.

Ia melanjutkan, para guru yang tergabung dalam Kongres Guru tersebut akhirnya meresmikan kelahiran PGRI pada 25 November 1945.

"Sejak saat itu pula, pemerintah menetapkan Hari Lahir PGRI sebagai Hari Guru Nasional dan menjadikannya momentum penghormatan kepada para pahlawan tanpa tanda jasa di tanah air," pungkasnya.

(Aru Elgete)

Tidak ada komentar