Bagaimana Etika Bergaul dengan Kiai? Ini Jawabannya
Ajengan Ramdan Fawzi |
Barangsiapa yang memuliakan orang alim, maka berarti dia memuliakanku. Barangsiapa yang memuliakanku, maka berarti dia memuliakan Allah. Dan barangsiapa yang memuliakan Allah, maka dia akan masuk surga.
Hal tersebut adalah sebuah hadits populer yang diungkapkan Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail (LBM) Pengurus Wilayah (PW) Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Jawa Barat, di Kantor PWNU, Jalan Terusan Galunggung 9, Kota Bandung, Kamis (16/8).
"NU sangat konsen terhadap perilaku seorang santri kepada para ulama. Sebab diyakini bahwa jika ingin dekat dengan Allah, maka muliakan dulu kiai," katanya.
Lebih lanjut, sosok ulama muda Jawa Barat itu mengungkapkan soal bagaimana etika bergaul dengan kiai. Ia kemudian menceritakan tentang para sahabat Nabi yang ketika sedang berkumpul, lalu Nabi datang dan sahabat membuktikan ketakzimannya kepada kekasih Allah itu.
"Ketika kami sedang duduk di dalam majelis dan datang Rasulullah, maka kepala kami seperti ada burung yang hinggap. Artinya, mereka terdiam. Tertunduk karena saking memuliakan Nabi," katanya.
Tak hanya itu, ia juga mengisahkan Imam Syafi'i yang takzim terhadap gurunya, Imam Malik.
"Saya membuka kitab di depan Imam Malik dengan sangat pelan, sampai-sampai tak terdengar bunyinya sama sekali," kata Ajengan Ramdan menirukan dawuh Imam Syafi'i.
Sementara Imam Ahmad bin Muhammad bin Hanbal atau Imam Hambali, sebagai murid dari Imam Syafi'i juga menunjukkan betapa dirinya takzim kepada sang guru.
"Saya tidak jadi minum ketima Imam Syafi'i melihat saya," kata Imam Hambali ditiru Ajengan Ramdan.
Menurutnya, sebuah kasysyaf atau nur ilahi akan terbuka kepada seseorang yang benar-benar berkhidmat kepada gurunya.
"Jadi, mari kita berkhidmat kepada kiai dengan tulus," tutupnya. (Aru Elgete)
Tidak ada komentar