Adab, Etika, dan Hikmah Penyembelihan Hewan Qurban
![]() |
Kiai Zamakhsyari (kiri) bersama Walikota Bekasi |
Oleh: KH Zamakhsyari Abdul Majid
Terdapat enam hal yang harus dilakukan saat menyembelih hewan Qurban. Keenam hal ini merupakan adab dan etika yang dianjurkan dalam Islam.
Pertama, niat untuk menyembelih sebagai ibadah kepada Allah. Kedua, membaringkan hewan yang akan disembelih ke sebelah kiri dan menghadapkannya ke arah kiblat. Ketiga, membaca basmalah, salawat, dan berdoa. Keempat, tempat memotong di bagian bawah leher, dan leher tidak sampai putus.
Kelima, menguliti hewan baru akan dilakukan setelah yakin bahwa hewan yang disembelih itu benar-benar mati. Keenam, hindari penggorokan leher hewan yang masih sekarat karena dipandang menyakitkan.
Hikmah Qurban
Hikmah dan pahala berqurban tergambar dalam hadits Rasulullah SAW:
“Tidak ada satu pun perbuatan manusia yang paling disukai Allah pada hari raya haji (selain) dari mengalirkan darah (berqurban). Sesungguhnya orang yang berqurban itu datang pada hari kiamat membawa tanduk, bulu dan kuku binatang qurban dan sesungguhnya darah (qurban) yang mengalir itu akan lebih cepat sampai kepada Allah (darah itu) jatuh di permukaan bumi.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Asyiah).
Sesungguhnya Al-Quran mengajarkan dan menyeru kepada kita untuk mencapai ketinggian derajat dan predikat terbaik. Sikap itu harus kita jadikan kepribadian yang senantiasa melekat dalam kehidupan sehari-hari. Firman Allah:
“Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Al Baqarah: 267).
Peristiwa-peristiwa yang dialami Ibrahim yang puncaknya dirayakan sebagai Iduladha atau Hari Raya Qurban, harus mampu mengingatkan bahwa yang dikorbankan tidak boleh manusia, tetapi sifat-sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia.
Sifat-sifat itu semacam rakus, ambisi yang tak terkendali, menindas, menyerang, dan tidak mengenal hukum norma-norma apa pun. Sifat-sifat yang demikian itulah yang harus dibunuh, ditiadakan, dan dijadikan korban demi mencapai qurban (kedekatan) diri kepada Allah SWT.
Itu sebabnya Allah mengingatkan: “Daging dan darahnya sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketawakalanmu-lah yang dapat mencapainya.” (QS. 22: 37).
Dengan demikian, tidak ada kaitan antara daging, darah, dan qurban (kedekatan kepada Allah). Kalaupun ada, maka ia ditemukan antara lain dalam rangka meringankan beban yang butuh, serta mengangkat derajat kemanusiaan.
Bukankah daging-daging qurban itu seharusnya diberikan kepada mereka? Bahkan, bukankah penyembelihan Nabi Ismail itu justru bertujuan menyelamatkan manusia dan untuk menerima kasih sayang Tuhan? Inilah sebagian nilai yang terkandung pada Hari Raya Qurban.
Penulis adalah Ketua Tanfidziah PCNU Kota Bekasi
(Follow akun Instagram resmi Kiai Zamakhsyari: klik di sini)
Tidak ada komentar