Banner

Breaking News

Empat Tahap Jadi Guru Hebat



Kiai Enha (kiri)


Terdapat empat tahapan menjadi seorang guru yang hebat. Pertama, teaching. Artinya, memberikan pengajaran. Melakukan transfer pengetahuan kepada murid, dari yang semula tidak tahu menjadi paham.

Itulah yang disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Motivasi (PMI) Istana Yatim Nurul Mukhlisin, KH Nurul Huda, kepada Media NU Kota Bekasi, di kediamannya, Kampung Cinyosog, Desa Burangkeng, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Ahad (3/6).

Kemudian tahap kedua adalah training. Yakni, seorang guru harus mampu memberikan pelatihan kepada anak didik. Melakukan transfer keahlian, dari yang semula tidak bisa menjadi mampu. 

"Jadi, seorang guru itu jangan cuma berpikir soal berapa jam dia mengajar dalam sehari, bukan itu. Menjadi guru yang hebat, jelas tidak mudah," tegas Alumni Pondok Pesantren Al-Falah, Ploso, Kediri ini.

Sedangkan tahap ketiga adalah memberikan pengalaman. Menurutnya, seorang guru dalam mengajar, tidak hanya terpaku pada kurikulum atau silabus yang telah ditentukan. Akan tetapi bagaimana guru itu mampu melakukan transfer keahlian, dan membuat anak didik menjadi ahli di bidangnya.

"Tahap paling terakhir (keempat) adalah menthoring. Guru harus melakukan pendampingan kepada murid. Dia harus bisa memberikan teladan dan memberikan selururuh jiwa, raga, bahkan ruhnya kepada anak didik," kata pria yang akrab disapa Kiai Enha ini.

Guru, selain sebagai pengajar, harus pula berpengalaman dan mampu membentuk karakter seorang murid. Sehingga tidak ada lagi rasa ketakutan kalau-kalau suatu saat murid mampu menjadi lebih baik dan hebat darinya.

"(Almarhum) Didi Petet itu mengajar teater. Ketika masuk kelas, bukan hanya raga yang diberikan, tenaga yang dikeluarkan, tetapi dia mampu dan rela memberikan atau mentransfer ruh kepada anak didiknya. Ini yang kita inginkan dan berkembang di PMI," pungkasnya.

Pesantren Motivasi Indonesia berdiri pada 2012. Kini sekitar 80 santri putra dan putri bermukim di sana. Tradisi pesantren salaf dipadukan dengan gaya modern. Sehari-hari berinteraksi dengan menggunakan bahasa Inggris dan Arab. Uniknya, kalau ada yang kedapatan memakai bahasa Indonesia, maka bakal dihukum untuk meminum jamu pahit penambah nafsu makan.

Pondok yang disebut juga Istana Yatim ini menggratiskan santri-santrinya dalam hal biaya hidup. Dari mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Pendidikan yang dilakukan di sana bersifat informal, tapi ketika lulus akan berijazah setara sebagaimana sekolah umum. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar