Banner

Breaking News

Begini Cara Ketahui Jumlah Warga NU


Sekretaris PCNU Kota Bekasi

Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi massa tentu memiliki fokus pada kuantitas massa. Kaderisasi mesti menjadi tonggak gerak NU hingga mencapai akar rumput. Maka, kegiatan-kegiatan yang bersifat seremoni, tak perlu menjadi program-program unggulan.

Itulah yang diungkapkan Sekretaris PCNU Kota Bekasi, Ayi Nurdin, saat diskusi santai di Sekretariat IPNU, Jalan Veteran 22, Margajaya, Bekasi Selatan, Senin (25/6) sore.

"Untuk bisa mengetahui seberapa banyak kader atau warga NU, saya punya keinginan untuk membuat sebuah penelitian. Bentuknya seperti intelijen, tiap-tiap orang (nantinya) diutus untuk meneliti di kelurahan masing-masing," katanya.

Pertama yang harus dilakukan, lanjut Ayi, menghitung jumlah masjid di kelurahan. Kemudian jumlah masjid yang terdapat zikir bersama, salat tarawih 23 raka'at, dan doa qunut salat subuh.

Kedua, mengidentifikasi pimpinan masjid atau tokoh setempat, seperti latar belakang keilmuan dan kedekatannya pada NU. 

"Di Kota Bekasi ini, banyak sekali perumahan-perumahan yang masjidnya dipimpin oleh orang yang bukan lulusan pesantren. Nah ini bisa kita jadikan parameter untuk penelitian itu," ucap pria yang berprofesi sebagai pengacara ini.

Ketiga, tambahnya, melakukan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kondisi lingkungan di masing-masing wilayah penelitian. Di wilayah-wilayah perkampungan seperti Bantargebang, lakukan pendekatan dengan mengadakan tabligh akbar.

"Sedangkan di wilayah perumahan atau di pusat kota yang tingkat pengetahuan warganya menengah ke atas, bisa kita lakukan pendekatan dengan seminar, dialog publik, atau diskusi buku," jelas Pendiri Lembaga Bantuan Hukum (LBH) NU ini.

Keempat, yang harus dilakukan adalah melakukan pendekatan dengan pihak terkait seperti Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama. Yakni, mengusulkan agar di sekolah-sekolah diadakan pelajaran tentang keaswajaan, bisa dimasukkan ke Muatan Lokal (Mulok) atau pun ekstrakurikuler.

"Dari situ, kita bisa masuk ke anak-anak rohis dan osis. Kemudian mengkader mereka untuk masuk ke IPNU. Jadikan mereka, misalnya, Ketua Pimpinan Anak Cabang (PAC) IPNU di kecamatan tempat mereka tinggal. Guru-gurunya juga kita kader untuk masuk ke Pergunu," katanya. 

ke depan, pria asal Cianjur ini menambahkan, NU akan seperti etalase besar yang dengan mudah dapat dilihat dan disepesifikasi sesuai jenisnya. Menurutnya, penelitian tersebut bisa dilakukan hanya dalam waktu kurang lebih dua bulan.

"Periode selanjutnya insyaallah saya usulkan demikian. Anggaran untuk menunjang penelitian itu kita membutuhkan sekitar Rp20 juta. Setelah penelitian ini selesai, kita akan tahu seberapa banyak kader NU dan kita buatkan Kartu Anggota NU (Kartanu)," terang alumni Fakultas Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung ini.

Ia berungkap bahwa selama ini kader NU di Indonesia, khususnya di Kota Bekasi belum jelas jumlahnya. Sebab masih berdasarkan perkiraan dari beberapa lembaga survey di luar lingkaran NU.

"Kalau kita melakukan penelitian sendiri, itu artinya kita bisa mengetahui kader NU di Kota Bekasi sesuai data. Tidak rowahu (riwayat) LSI, misalnya," pungkasnya sembari berkelakar. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar