Banner

Breaking News

Ramadhan Sebagai Bulan Pendidikan





Oleh: Adi Prastyo

Rasa syukur terpanjatkan kepada Allah SWT yang masih mempertemukan kita pada bulan yang mulia ini. Yakni bulan penuh keberkahan, bulan penuh rahmat, dan ampunan bagi umat Islam. Di bulan Ramadhan, semua amal yang dikerjakan, baik itu sunah maupun wajib, pahalanya akan dilipatgandakan. 

Rasulullah SAW menegaskan, “Barang siapa berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah SWT, niscaya Allah mengampuni dosanya yang telah lalu. Dan barang siapa melakukan amal ibadah tambahan (sunah) di bulan Ramadhan karena imandan mengharapkan pahala dari Allah SWT, maka ia akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari Msulim).

Selain itu, Ramadhan juga bisa disebut sebagai bulan pendidikan. Sebab, Ramadhan melatih hawa nafsu kita. Sebagaimana hakikat puasa, yaitu menahan diri dan menahan hawa nafsu. Ibadah puasa mendidik kita agar dapat melakukan pengendalian diri. 

Ramadhan mendidik soal kejujuran. Orang yang sedang berpuasa atas dasar keimanan kepada Allah, ia tidak akan makan dan minum, atau melakukan segala sesuatu yang dapat membatalkan puasa, sekalipun tidak ada yang melihat dan mengetahui. Karena yang mengetahui hanya Allah dan dirinya sendiri. 

Dewasa ini, kejujuran menjadi barang langka. Karenanya, Ramadhan adalah sarana yang sangat efektif dalam mendidik serta membentuk salah satu dari bagian akhlak yang terpuji itu. 

Ramadhan tentu mendorong dan mendidik manusia, agar selalu belajar, dalam rangka memperoleh dan meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan. Selain itu, Ramadhan memberikan kesempatan kepada kita untuk bisa memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadi kebutuhan dalam keseharian. 

Pada Ramadhan, terdapat peristiwa penting yang sangat bersejarah. Yakni turunnya Al-Qur'an (Nuzulul Qur'an) yang menjadi bukti agar manusia senantiasa berkeinginan untuk belajar. Sebagaimana yang selama ini kita tafsirkan, ayat pertama yang diterima Rasulullah SAW adalah anjuran untuk belajar. 

Segala yang kita lakukan sepanjang Ramadhan, akan terlihat hasilnya pasca-Ramadhan. Apakah perbuatan kita sebelum dan setelah Ramadhan masih sama, mengalami peningkatan, atau bahkan mengalami penurunan?

Sebab akan banyak hikmah yang kita dapatkan selama Ramadhan. Jika keimanan, ketakwaaan, dan akhlak kita berubah pasca-Ramadhan, maka kita telah berhasil menjadi seorang yang meraih pendidikan selama Ramadhan. Namun sebaliknya, jika tidak berubah, maka pendidikan kita selama Ramadhan, gagal.

Pendidikan adab

Model pendidikan ini telah disampaikan Umar bin Khattab ra “Taaddabu tsuma ta’allamuu” (Beradablah kalian, kemudian berilmulah).

Sejak awal, Islam telah menganjurkan kita untuk menjalani pendidikan berbasis adab. Hal yang paling utama dari adab adalah sikap dan tindakan kepada Allah, yang kemudian dimanifestasikan dalam kecintaan, keikhlasan, dan kesungguhan dalam meneladani seluruh aspek kehidupan Nabi Muhammad. 

Untuk menjadi generasi yang haus ilmu, cinta pengorbanan, dan menjadi umat terbaik, maka harus dibarengi dengan pendidikan adab. Sebagaimana generasi Sahabat Nabi terdahulu. 

Sebab, akan menjadi percuma kalau memiliki ilmu pengetahuan yang luas, tapi tidak beradab. Dampak terburuknya adalah menuding kesalahan kepada para ulama, dan bahkan orangtuanya sendiri. 

Maka tak heran jika di pondok-pondok pesantren diterapkan pendidikan adab. Hal ini karena urgensitas yang harus menjadi prioritas. Tujuannya tentu agar senantiasa menghormati guru dan orangtuanya. 

Ki Hajar Dewantara menyebut bahwa pendidikan diartikan sebagai tuntutan di dalam hidup dan tumbuhnya anak-anak. Dengan makna lain, pendidikan itu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak. 

Tujuannya agar mereka, sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat, dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. 

Dalam pengertian itu, tersirat makna bahwa pendidikan membutuhkan waktu yang lama. Sebab, pendidikan erat kaitannya dengan pembentukan karakter dan kebiasaan manusia.

Dengan pendidikan, maka tidak akan muncul orang-orang yang tetiba menjadi dan mendapat gelar ustadz, lalu menyalahkan orang.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran. Hal tersebut dimaksudkan agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pengertian tersebut menyiratkan bahwa pendidikan selalu mengaitkan dengan hal yang bersifat soft-skill, yaitu berbagai potensi diri seperti kepribadian dan akhlak, disamping pengendalian diri.

Maka, marilah kita isi Ramadhan dengan penuh semangat dan kegembiraan. Jika pada Hari Pendidikan Nasional ada banyak sekali perayaan dan peringatan, lantas mengapa kita tidak merayakan pula atas datangnya Bulan Pendidikan ini? 

Cara yang tepat untuk merayakan Ramadhan sebagai Bulan Pendidikan, adalah dengan meningkatkan kualitas diri. 


Wallahul Muwafieq Ilaa Aqwamieth Tharieq


*Penulis adalah Ketua PC IPNU Kota Bekasi 

Tidak ada komentar