Banner

Breaking News

Dalam Berdakwah, Ini Kunci Sukses NU


Peserta Lakut Jawa Barat berfoto dengan Wakil Katib Syuriah PBNU


Nahdlatul Ulama (NU) diibaratkan seperti air. Nahdliyin harus bersikap lembut, tidak kaku, sehingga dapat menyesuaikan diri di dalam tempat atau wadah apa pun.

Demikian diungkapkan Wakil Katib Syuriah PBNU KH Zamzami Amin saat memberikan nasihat pada penutupan Latihan Kader Utama (Lakut) yang diselenggarakan Ikatan Pelajar NU (IPNU) Jawa Barat, di Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, Sabtu (5/5)

"Sifat air itu walaupun lembut dan tidak keras, tapi dapat membuat batu menjadi bolong apabila diteteskan berkali-kali dalam waktu yang lama. Maka itu, dalam berdakwah, jangan pernah mengenal lelah," katanya.

Di hadapan kader utama IPNU, Pengasuh Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin ini menambahkan, harus bangga menjadi bagian dari warga NU. Sebab NU adalah organisasi terbesar di Indonesia dan pengaruhnya pun cukup besar.

"Sebagai kader, kita harus terus memperjuangkan nilai-nilai dan tradisi NU. Jangan lelah," katanya.

Selain itu, Mustasyar PCNU Kabupaten Cirebon KH Abdul Hayyi mengungkapkan bahwa cara NU mencapai kesuksesan dalam berdakwah adalah kreativitas dan inovasi. Keduanya telah dilakukan dalam rangka menyebarkan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) An-Nahdliyah. 

"Orang yang ingin sukses itu harus kreatif dan melakukan inovasi. Dalam berdakwah pun, NU senantiasa melakukan kedua hal itu. Namun tidak melupakan atau meninggalkan tradisi lama yang baik. Itulah yang disebut Al-Muhafadzhotu ala qodimissholih wal akhdzu bil jadidil ashlah," katanya. 

Tradisi tahlilan itu adalah salah satu bentuk kreativitas dan inovasi yang dilakukan NU dalam berdakwah. Sebab, NU selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsip Aswaja An-Nahdliyah. Sehingga, NU mampu terus berkembang dan bertahan di tengah perkembangan zaman.

"Sekarang-sekarang ini, banyak yang mengaku sebagai kelompok Aswaja. Tapi jelas berbeda dengan NU. Makanya, sebagai warga NU kita harus menambahkan satu kata di belakang, yaitu An-Nahdliyah," ungkap Pengasuh Pondok Pesantren Gedongan, Cirebon ini.

Aswaja An-Nahdliyah itu, lanjut Kiai Hayyi, berdiri di atas prinsip tasamuh (toleran), tawazzun (netral), tawassuth (moderat), dan i'tidal (adil) yang tidak dimiliki kelompok yang mengaku sebagai Aswaja itu.

Kiai humoris ini mengatakan bahwa Nahdliyin harus toleran. Tidak mudah mengklaim kebenaran dan menuduh salah terhadap orang atau kelompok lain yang berbeda. Sehingga mampu bersikap netral dalam segala hal. Tidak ekstrem ke kiri atau pun ke kanan. 

"Kemudian juga kita harus adil dalam bertindak. Tidak mengeluarkan dalil untuk kepentingan kelompok atau bahkan kepentingan politik. Kita harus proporsional menempatkan segala sesuatu," pungkasnya.

Latihan Kader Utama (Lakut) yang bertema Menempa Kader Utama Menyiapkan Pemimpin Bangsa ini berlangsung selama empat hari, Kamis-Ahad (3-6/5). Dihadiri 37 peserta yang mewakili 13 kabupaten/kota dari total 27 pimpinan cabang se-Jawa Barat.

Selain itu juga dihadiri berbagai tokoh penting. Diantaranya Ketua PW GP Ansor Jawa Barat Deni Ahmad Haidar, Intelektual NU sekaligus Penulis Buku Agama NU untuk NKRI KH Ahmad Baso, dan Ketua Umum PP IPNU Asep Irfan Mujahid. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar