Banner

Breaking News

Inilah Tiga Tantangan Kader NU


Forum diskusi saat Lakmud, dipandu Instruktur dari PW IPNU Jawa Barat


Dalam berorganisasi, setidaknya ada 3 tantangan yang mesti dihadapi. Tiga hal tersebut akan senantiasa menghadang manakala seorang kader menjadi lemah; baik mental maupun kepribadiannya. 

Demikian disampaikan Bendahara Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Jawa Barat Ani Ramayanti di Pondok Pesantren Fatahillah, Mustikajaya, Kota Bekasi, saat Latihan Kader Muda (Lakmud) yang berlangsung selama tiga hari, Jumat-Ahad (16-18/3).

"Tiga tantangan itu adalah Idealisme, Pragmatisme, dan Tatanilai. Sebagian besar kader saat ini lebih menyukai gaya berpikir yang serba instan. Banyak dari mereka yang tidak paham sejarah. Parahnya tidak mengerti alasan mereka berorganisasi," katanya.

Seharusnya, imbuh Ani, kader NU memiliki orientasi pengabdian terhadap NU, agama, bangsa, dan negeri. Dengan begitu, seorang kader akan selalu mengedepankan kepentingan organisasi di atas kepentingan individu dan kelompok. 

"IPNU dan IPPNU tidak pernah mengajarkan untuk menjadi kader yang lemah. Idealisme itu ruh organisasi yang harus selalu dijaga agar mental pribadi dan organisasi menjadi kuat," tegas Teh Ani, begitu ia akrab disapa.

Kemudian, Pragmatisme. Hari ini, menurut Ani, banyak pelajar yang mengikuti arus dan gaya kekinian. Salah satunya adalah dengan menjual organisasi untuk kepentingan politik agar mendapat keuntungan materi yang besar. 

"Kader itu harus tahu kapasitas. Baik kapasitas dirinya atau pun kapasitas organisasi. Kapasitas organisasi IPNU dan IPPNU itu bukan untuk berpolitik praktis, tapi bagaimana memberi pemahaman politik yang sehat kepada para pelajar. Kita harus paham visi IPPNU, yaitu menciptakan kader yang berakhlakul karimah," katanya.

Ia menyebut bahwa pakaian yang agamis, tidak menjamin akhlak seseorang menjadi baik. Melainkan harus menjalankan teori dengan praktik yang seiring sejalan. Secara teori, organisasi di bawah naungan NU tidak pernah berpolitik praktis.

"Percuma punya ilmu dan teori kalau tidak pernah dipraktikkan dengan baik," ungkap Ani.

Tantangan terakhir yang mesti dihadapi adalah tatanilai. Hari ini, lanjut Ani, banyak orang yang hanya meningkatkan gaya tetapi tidak berpikir bagaimana menaikkan kualitas diri dan organisasi. 

"Untuk apa menjadi kader NU sementara tidak pernah melakukan apa-apa? Maka, kita harus meningkatkan kualitas agar menjadi pribadi yang sukses, lebih-lebih membawa organisasi ke arah yang lebih baik. Karena orang berkualitas itu belum tentu sukses, tapi orang sukses sudah pasti berkualitas," terangnya.

Ani menuturkan, hidup di NU jangan pernah berpikir atau mencari keuntungan apa-apa kecuali berkah. Misal, jangan pernah takut kelaparan karena mengurusi NU. Sebab, Hadlratus Syaikh KH Hasyim Asy'ari sudah menjamin hal itu.

"Maka, tujuan berorganisasi di NU itu harus dengan penuh pengabdian. Jangan mencari uang atau makan di NU. Karena kalau berkah sudah didapat, semuanya akan menjadi mudah kita dapatkan," pungkasnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar