NU Rutin Gelar Pengajian Kitab Kuning
RAWALUMBU – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi rutin menggelar pengajian kitab kuning di kantor NU Centre di Jalan Bambu Kuning No 200, Sepanjang Jaya, Rawalumbu, setiap Minggu pukul 09.00 WIB. Pengajian tersebut dibuka untuk umum, tidak membatasi pada pengurus NU saja.
Pengajian biasanya dibuka dengan tadarus al-Quran secara bergantian oleh jamaah. Seperti pengajian Minggu (4/10) kemarin, yang membahas fiqih wudlu oleh KH. Zamakhsyari. Selain Kiai Zamakhsyari, pengajian kitab kuning juga diasuh oleh KH. Mir’an Syamsuri, KH. KH. Umar Hadi, dan KH. Acep Basuni.
Dalam kitab Atsarul Hadits an Nabawi as Syarifi fi Ikhtilafil Fuqaha dijelaskan, mengutip Surat Al Maidah ayat 6: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak melakukan salat maka basuhlah wajahmu dan kedua tanganmu sampai siku-siku, dan usaplah kepalamu, dan basuhlah kakimu sampai mata kaki.”
Kemudian terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama, apakah tata cara wudlu yang dijelaskan dalam al-Qur’an tersebut wajib tertib (berurutan) atau sunnah. Terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama dalam menanggapi persoalan tersebut. Sebagian mengatakan wajib tertib, sebagian yang lain mengatakan sunnah.
Di antara ulama yang menyatakan sunnah adalah mazhab Hanafi dan Maliki, sedangkan yang menyatakan wajib adalah mazhab Syafi’i dan Hanbali. Dijelaskan dalam kajian tersebut dalil-dalil penguat yang menjadi dasar ketetapan masing-masing mazhab. “Belum lagi kalau jeda basuhan antara satu anggota wudlu dengan yang lainnya lama, bagaimana,” pancing Kiai Zamakhsyari.
Ada beberapa kitab lain yang dikaji setiap Minggu. Maka bagi masyarakat yang menghendaki hadir, dipersilakan. Kajian kitab kuning memang dimaksudkan untuk penawar dahaga, khususnya bagi alumnus pesantren yang biasa mengkaji kitab-kitab fiqih “babon”, karena belakangan kajian keislaman yang “berat” jarang ditemui di kota-kota besar.
