Ketum PBNU: Kalau Belum Paham, Jangan Bicara Agama!
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said
Aqil Siroj mengutip ungkapan KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur bahwa suatu saat
nanti akan bermunculan banyak orang yang bukan alumni pesantren tetapi berani
berbicara tentang agama.
Hal tersebut diungkapkan dalam Pelantikan Pengurus Cabang
Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi di Gedung NU Centre El-Sa’id, Jalan Bambu
Kuning 200, Sepanjangjaya, Rawalumbu, pada Jumat (15/3) siang. Pelantikan
tersebut bertema, ‘Perkuat Khidmat Jam’iyah,
Wujudkan Bekasi Sebagai Kota Aswaja’.
Menanggapi tema, Kiai Said kemudian mengungkapkan bahwa tidak
mudah untuk menjadi sebuah daerah menjadi Kota Aswaja. Salah satu kuncinya
adalah harus menjadi orang cerdas. Sebagaimana Imam Syafi’i.
“Aswaja itu didirikan oleh ulama-ulama cerdas, maka NU Kota
Bekasi juga harus cerdas dan jenius. Contohlah Imam Syafi’i yang cerdas dan jenius
itu,” katanya.
Ia mengatakan bahwa semua penulis yang meneliti atau
memperhatikan tentang peradaban Islam pasti menulis tentang Imam Syafi’i
sebagai orang yang kecerdasannya tak lagi diragukan.
“Cerdasnya itu, beliau (Imam Syafi’i
meletakkan pondasi, metode, atau manhaj yang tidak ada di agama lain. Kemudian
beliau juga memiliki cara bagaimana mengambil teks dari kitab suci,” jelas
Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Al Tsaqafah, Jakarta ini.
Kiai Said menjelaskan bahwa seluruh
ayat yang terdapat di dalam kitab suci Al-Qur’an tidak hanya satu tipe. Tapi
bermacam-macam. Diantaranya ayat mutasyabihat,
muthlaq, haqiqi, majazi, muqoyyad, dan khoshshosh.
“Contoh ayat mutasyabihat itu seperti bagaimana bersenggolan yang membatalkan wudhu
kepada yang bukan mahram. Ayat-ayat seperti ini di kalangan ulama terjadi
perbedaan pendapat,” jelas Kiai Said.
Kemudian, lanjutnya, ada ayat muthlaq. Seperti perintah untuk taat kepada Allah dan Rasulullah.
Tetapi juga ada ayat muqoyyad (dengan
syarat), yakni perintah untuk menaati pemerintah.
“Taat kepada pemerintah wajib, tapi bersyarat,” katanya.
Selain itu, terdapat ayat haqiqi dan ada pula yang tidak haqiqi
yakni majazi atau metafor. Seperti
misalnya ayat yang menyatakan bahwa seluruh yang ada di muka bumi akan hancur
kecuali wajah Allah. Lalu ayat yang
mengatakan, tangan Allah berada di atas orang-orang kafir.
“Artinya itu bukan tangan, tapi ketetapan,” katanya.
Kiai Said melanjutkan, ada juga ayat khusus. Contohnya,
barangsiapa keluar dari rumah ikut berperang, membunuh dan terbunuh, maka akan
langsung masuk ke dalam surga.
“Ini ayat khusus ketika sedang perang, jangan dibaca ketika
damai. Maka jangan sembarangan bicara sama agama, karena untuk bisa bicara
tentang agama haruslah orang-orang yang cerdas,” kata kiai kelahiran Cirebon
ini.
Ia menganalogikan, jika dirinya telah menyelesaikan membaca
buku tentang kedokteran, maka apa jadinya kalau langsung memasang papan pengumuman
membuka praktik.
“Nah ini juga sama. Kamu yang belum paham agama, jangan
coba-coba bicara agama,” pungkasnya. (Aru Elgete)
Post Comment
Tidak ada komentar