Tentang Bagaimana Mengatur Prasangka
Oleh: Nur Khaifah Indah Parwansyah
Dalam hidup, kita menemui banyak orang yang memiliki karakter bermacam-macam. Hidup adalah tentang prasangka-prasangka yang kelak akan menentukan arah hidup dan cara kita bersikap kepada orang lain.
Pandai-pandailah berprasangka baik kepada orang lain. Allah tidak akan membiarkan orang-orang yang pandai mengatur prasangkanya terjebak dalam liang kebobrokan.
Meskipun banyak yang mengatakan jika terlalu berprasangka baik itu tidak baik. Hakikatnya, itu adalah pernyataan kurang tepat, karena Allah tidak akan membiarkan rugi orang yang berprasangka baik.
Saat kita berprasangka baik kepada orang lain, Allah akan memberikan kedamaian lebih di dalam diri. Kita menjadi manusia yang terawat dari ego, kebencian, apalagi dendam.
Berbeda saat kita berprasangka negatif kepada orang lain. Karena prasangka negatif akan membawa kita pada keadaan yang tidak tenang. Keadaan tersebut akan terus membidani pikiran-pikiran negatif yang bisa melahirkan ego, kebencian, rasa takut, dan was-was dalam diri.
Saat kita berprasangka yang tidak-tidak kepada orang lain, kita akan bersikap apatis. Sebab rasa was-was terus mendorong kita untuk senantiasa memata-matai kesalahan orang.
Meskipun di akhir nanti perbuatan tersebut tidak ada gunanya, tapi menjadi sangat berguna ketika pikiran dan hati dalam keadaan negatif. Sebab kebutuhan orang-orang yang sedang terjerat penyakit hati adalah mengetahui kesalahan orang lain.
Selain itu, biasanya orang yang hatinya sedang sakit akan sulit dinasihati. Mereka selalu dihantui buah pikir yang ditanam sendiri. Ego pasti membakar habis jiwa setiap orang, karena tujuan ego adalah membuat siapa pun kehilangan dirinya.
Marilah kita atur prasangka di dalam diri. Pimpin diri kita untuk melawan ego dalam diri, berperang dengan hawa nafsu dan mengalahkan diri sendiri.
Saat sedang berada dalam lingkaran orang-orang yang berprasangka negatif, jadilah yang tetap teguh pendirian mengutamakan prasangka baik kepada sesama. Allah pasti mencintai orang-orang yang pandai mengatur jiwanya untuk orang lain.
Mari sama-sama belajar di manapun berada. Teruslah kita sebarkan Islam ramah bukan marah, jiwa ramah bukan marah, sikap ramah bukan marah. Besarkan toleransi kepada yang bersikap negatif karena kita pun tidak utuh selalu positif.
Penulis adalah Kader IPPNU Kota Bekasi, dan Mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam "45" Bekasi.
Tidak ada komentar