Banner

Breaking News

Makesta Bakal Antarkan Kehidupan Pelajar NU dari Pribadi ke Sosial


Logo Makesta Raya IPNU IPPNU Kota Bekasi



Pengurus Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Kota Bekasi akan menyelenggarakan Makesta Raya di SMK Prima Ma’arif NU, Kampung Sawah, Jatimurni, Pondokmelati, pada 15-16 September mendatang.

Ketua PC IPNU Kota Bekasi, Adi Prastyo, mengatakan bahwa Makesta Raya yang segera dilaksanakan itu merupakan Rencana Tindak Lanjut (RTL) bagi para peserta Latihan Kader Muda (Lakmud), di Pondok Pesantren Fatahillah, Kecamatan Mustikajaya, pada 16-18 Maret lalu.

“Makesta Raya ini dilaksanakan di daerah kecamatan yang belum terbentuk kepengurusan IPNU IPPNU. Selesai ikut Makesta Raya, nanti akan dibentuk kepengurusan IPNU IPPNU di tingkat kecamatan atau yang disebut Pimpinan Anak Cabang (PAC),” kata Tyo, demikian ia akrab disapa, kepada Media NU Kota Bekasi, Kamis (13/9).

Ia berharap, Makesta Raya ini akan memancing semangat para pelajar agar berkeinginan untuk berorganisasi di IPNU dan IPPNU. Selain membentuk kepengurusan di tingkat kecamatan, nantinya juga bakal dibentuk kepengurusan di tingkat sekolah, madrasah, atau pesantren, yakni yang disebut Pimpinan Komisariat (PK).

Lebih jauh, Tyo mengungkapkan, makesta merupakan wahana untuk mengantarkan seorang pelajar dan santri NU dari kehidupan individu ke dalam kehidupan sosial. Mereka akan dididik bagaimana berorganisasi, mengelola komunikasi yang baik dengan banyak orang, dan mampu melakukan interaksi yang cakupannya lebih luas dari sebelumnya.

“Dari Makesta, IPNU IPPNU secara keorganisasian dapat memahami seberapa jauh militansi dan kesetiaan para angora dalam berorganisasi. Kemudian dari situ, organisasi memiliki tugas untuk menjaga dan merawat anggota, agar mereka memiliki atau merasa menjadi bagian terpenting yang dibutuhkan organisasi,” jelas Tyo.

Sebab menurutnya, terdapat banyak anggota, kader, dan pengurus di tubuh IPNU IPPNU yang seringkali terlihat memiliki sikap apatis dan berpikiran pragmatis. Salah satu faktor yang menyebabkan hal itu adalah kurangnya penjagaan.

“Atau juga bisa jadi karena mereka itulah yang kemudian tidak melanjutkan untuk mengikuti jenjang kaderisasi ke tahap berikutnya. Katakanlah, belum tuntas mengikuti pengkaderan. Sehingga mereka itu belum atau bahkan tidak bisa dikatakan sebagai kader IPNU IPPNU yang kaffah,” terang Tyo, seraya menutup perbincangan. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar