Banner

Breaking News

Mata dan Telinga NU adalah IPNU


Iip D Yahya

Pengurus Pimpinan Wilayah (PW) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) bekerja sama dengan PWNU Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan Pelatihan Intensif Jurnalis Milenial NU 2018 Tahap I, di Kantor PWNU Jawa Barat, Kamis-Sabtu (16-18/8).

Penulis buku NU Penjaga NKRI Iip D Yahya sebagai penggagas pelatihan Jurnalistik ini mengatakan bahwa fakta NU di lapangan seringkali ada kegiatan, tapi tidak pernah muncul berita di media.

"Fenomena seperti itu tidak bisa juga kita saling menyalahkan," kata Pemimpin Redaksi nujabar.or.id ini, kepada NU Online dalam sambutan pembuka, Kamis (16/8).

Kemudian, lanjut Iip, kegiatan pelatihan Jurnalis Milenial tersebut dapat terlaksana karena Ketua PW IPNU Jawa Barat memiliki keinginan agar kader NU bisa menulis. 

"Akhirnya, bersama PWNU bekerja sama agar para kader NU bisa menjadi mata dan telinga di daerah NU masing-masing, dan mereka itu nantinya memberikan feedback berupa sebuah tulisan. Baik berita, artikel, sejarah, dan esai," jelasnya.

Dikatakan Iip, para peserta yang hadir mengikuti pelatihan sengaja dipilih satu orang dari setiap cabang. Sebelumnya, diberikan tugas terlebih dulu mendata Rois Syuriyah di Majelis Wakil Cabang (MWC). 

"Tugas itu agar adik-adik sekalian bisa mendapatkan ilmu bagaimana proses atau cara memperoleh dan mendapatkan data," tuturnya.

Lebih lanjut, Iip menuturkan bahwa pelatihan Jurnalis Milenial ini akan dilakukan dalam tiga tahap dan dengan jangka waktu selama tiga bulan. 

"Kalau di tahap pertama hanya diberikan materi-materi dasar tentang jurnalistik, di tahap kedua akan berbeda lagi. Yaitu peserta tidak hanha melakukan liputan di lingkungan NU saja, tapi juga di luar NU. DPRD misalnya," tutur Iip.

Sedangkan di tahap ketiga para peserta akan diikrar, dan diberikan kartu pers sebagai legalitas menjadi wartawan NU Jawa Barat. 

"Sebab, dunia Jurnalistik ini masih sangat jarang digandrungi. Maka kami membuka peluang kepada adik-adik untuk bisa menjadi jurnalis. Terlebih jurnalis di lingkungan NU masih langka, paling lagi-lagi yang dikenal Mahbub Junaidi," katanya seraya tertawa kecil.

Usai pelatihan nanti, para peserta akan terus dikawal. Bahkan diberikan tugas-tugas Jurnalistik. Seperti misalnya membaca buku sebagai bahan referensi sebagai wartawan. 

"Karena wartawan sekarang itu jarang baca buku sehingga pemahaman literasinya sangat lemah," tutupnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar