Banner

Breaking News

Madrasah Kader NU dan Kota Berbasis Aswaja




Oleh: Redaksi Media NU Kota Bekasi

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi akan mengadakan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU) di Wisma Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Ciloto, Bogor, Jawa Barat, Jumat-Ahad (3-5/8). Tema dari kegiatan tersebut adalah Membentuk Militansi Kader NU guna Menyongsong Kota Bekasi sebagai Kota Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) An-Nahdliyah.

Hal itu adalah tindak lanjut dari amanat Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur. Ketika itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) siap menggulirkan MKNU, karena merupakan jenjang pematangan dan penguatan kapasitas pengurus yang bersifat wajib di semua tingkatan.

Sejak lama, PCNU Kota Bekasi memang memiliki cita-cita untuk menjadikan Bumi Patriot ini sebagai basis Aswaja An-Nahdliyah. Untuk merealisasikan angan itu, tentu harus melalui militansi yang wajib dimiliki oleh seluruh kader dan pengurus NU di Kota Bekasi. MKNU akan diikuti oleh 67 orang dari berbagai unsur. Yakni, pengurus PCNU, badan otonom (banom), lembaga, dan Majelis Wakil Cabang (MWC) di setiap kecamatan.

Sebagai Nahdliyin, siapa pun orangnya harus punya kepekaan terhadap NU. Terlebih seorang yang telah terlibat dalam kepengurusan di organisasi. Semuanya harus melalui tahap kaderisasi agar ber-NU secara kaffah, tidak setengah-setengah, apalagi mentah. Karena untuk menciptakan Kota Aswaja, membutuhkan proses yang panjang. 

MKNU, bisa dikatakan, merupakan bentuk kepedulian pengurus NU Kota Bekasi dalam rangka merawat eksistensi Islam Aswaja An-Nahdliyah di tengah kota metropolis seperti Bekasi. Juga sebagai bagian dari peningkatam pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) di dalam organisasi. Sebab menjadi NU, tak bisa kalau hanya sebagai labelisasi saja. 

Pengurus dan kader NU mesti seiring sejalan, tidak hanya soal amaliyah (perilaku) dan ubudiyah (ibadah) saja. Akan tetapi, secara fikrah (pemikiran), harakah (pergerakan), dan siyasah (pandangan politik) harus sama. Sebab hanya akan menjadi duri dalam daging, jika mengaku sebagai warga atau bahkan pengurus, tetapi secara harakah, fikrah, dan siyasah  berbeda dari pakem tersebut.

Selama ini, kita sering menemukan berbagai pihak yang mendaku diri sebagai Nahdliyin, tetapi kerapkali menjelekkan NU. Bahkan, kiai dan ulama NU menjadi bulan-bulanan untuk diperlakukan semena-mena. Di-bully, dihina, dan didiskreditkan. Hal itulah yang harus menjadi sorotan utama NU, di berbagai level tingkatan struktural demi mengharumkan nama baik NU. 

Apabila soliditas antarpengurus dan antar sesama warga NU sudah tercipta, maka bukan tidak mungkin NU akan mewarnai kehidupan dengan pemikiran dan cara pandang yang harmoni. Selain itu, NU juga akan siap menghadapi segala tantangan yang datang secara bertubi-tubi silih berganti. Penguatan atas daya kepekaan terhadap NU sebagai rumah bersama harus senantiasa ditumbuhkan.

Ke depan, tidak akan ada lagi NU dengan banyak varian rasa. Tidak akan ada lagi pihak yang mengaku Nahdliyin tapi senang mendiskreditkan NU secara membabi-buta. Semoga, MKNU Kota Bekasi selama tiga hari membawa dampak positif bagi keberlangsungan eksistensi dan kontribusi bagi Kota Bekasi. Kemudian, juga menjadi stimulus agar pengurus menjadi lebih khidmat untuk berjuang di bawah kibaran bendera NU. 

Kota dengan berbasis Ahlussunnah wal Jama'ah An-Nahdliyah, dengan sendirinya akan terwujud. Aamiin.


Wallahul muwafiq ilaa aqwamiththoriq


Sekretariat NU, 3 Agustus 2018

Tidak ada komentar