Banner

Breaking News

Tugas Ulama Bukan Jadi Provokator


KH Zamakhsyari Abdul Majid (tengah)

Tugas ulama bukanlah menjadi provokator yang gemar berkata kasar dan kotor. Tetapi tugas ulama dalam mengayomi dan melayani umat adalah al-'amalu bil 'ilmi. Yakni orang-orang yang senantiasa mengamalkan ilmunya. 

Demikian diungkapkan Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid kepada Media NU Kota Bekasi, di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bekasi, Komplek Islamic Center KH Noer Ali, Jalan Ahmad Yani, Bekasi Selatan, pada Kamis (17/5) pekan lalu. 

"Ulama itu bukan mereka yang selalu menjadi provokator. Bukan juga yang senang bikin orang atau masyarakat saling membenci dan pecah-belah," tegas Ketua Umum MUI Kota Bekasi ini.

Selain itu, lanjutnya, tugas ulama adalah al-waqifu 'ala sya'ni. Yaitu orang-orang yang berhenti pada posisi atau berada di posisi yang benar. Merekalah orang-orang yang istiqomah. 

"Ulama itu mereka yang berjalan di posisi yang tidak ke kiri dan kanan. Mereka berfungsi untuk membenarkan yang salah, dan menguatkan kebenaran. Ulama harus punya prinsip," katanya. 

Wakil Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Bekasi ini juga mengungkapkan bahwa tugas ulama adalah basyirun bi ahli zamani. Artinya orang yang berusaha melihat situasi dan kondisi di mana pun berada. 

"Karena itu, seorang ulama harus punya fiqh ad-da'wah. Di dalam rangka mengajak orang untuk berbuat kebaikan itu harus punya pemahaman (fiqh). Sehingga kita senantiasa mengajak pada kebenaran," tuturnya. 

Berbeda dengan fiqh ad-da'wah, Kiai Zamakhsyari menambahkan, ulama politik yang menjadi juru kampanye adalah mereka yang mempelajari fiqh ad-di'ayah. Yaitu pengetahuan tentang propaganda. 

"Orang kalau kampanye, pasti berusaha melakukan propaganda agar yang didukungnya itu menang dan menduduki kekuasaan. Nah hal ini yang tidak kita inginkan," katanya. 

Ia mengimbau apabila ingin melakukan kampanye, maka lakukanlah dengan cara-cara yang baik. Tidak dengan cara mengalahkan, membenci, menyudutkan, bahkan memfitnah lawan politik. 

"Nah makanya warga NU itu jangan anti terhadap politik. Kita harus melek politik. Tapi politik kewargaan, politik kebangsaan, bukan politik kekuasaan yang menghalalkan segala cara," pungkasnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar