Banner

Breaking News

Mengaku Sebagai Nahdliyin, Tapi Kenapa Hina Ulama NU?


Sumber gambar: NU Online. 

Pergolakan politik yang kian memanas, ditambah dengan bumbu kepentingan dan kekuasaan, membuat sebagian manusia terhipnotis. Bahkan, lupa bahwa yang dilakukannya bukanlah berjuang untuk agama, tetapi cenderung demi sebuah kepentingan. 

Demikian disampaikan Pimpinan Padepokan Jubah Ireng (PJI) Kota Bekasi, Da'i Jubah Ireng, melalui pesan singkat kepada Media NU Kota Bekasi, pada Senin (21/5).

"Tidak sedikit orang-orang yang mengaku NU, tapi tidak tunduk dan taat kepada kebijakan pimpinan NU. Justru mereka malah menghina dan mencaci-maki ulama NU," kata salah seorang pengurus di Lembaga Dakwah Pengurus Cabang NU Kota Bekasi ini. 

Da'i berambut gondrong dan berpakaian serba hitam ini mengatakan, yang lebih memprihatinkan adalah orang-orang yang mengaku Nahdliyin tapi yang dibela justru para ustadz dari kalangan wahabi. 

"Bahkan mengagungkan tokoh yang tidak henti-hentinya menghina para ulama NU. Saya lebih suka menyebut mereka adalah NU ala bunglon," katanya. 

Sebab, lanjutnya, berjuang dan berkomitmen kepada NU bukan hal yang mudah. Hal demikian pernah dirasakan oleh Da'i Jubah Ireng. Ia pernah dicekal dalam berdakwah oleh kelompok wahabi.

"Saya dicekal karena tidak mau ikut kepada mereka yang punya kepentingan dan ambisi politik. Ketika itu, sesuai jadwal, saya akan ceramah subuh di sebuah masjid di daerah Jatiasih. Tapi tiba-tiba dibatalkan dan dialihkan ke masjid lain," terangnya. 

Jubah Ireng berharap kalau menganggap diri sebagai warga NU, maka patuhlah pada pimpinan NU. Jika warga Muhammadiyah, misalnya, patuhilah pimpinan Muhammadiyah. 

"Jangan menjadi bunglon dalam ber-NU, atau ber-NU ala bunglon. Berpolitik lah demi kepentingan agama, tapi jangan beragama demi kepentingan politik," pungkasnya. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar