Banner

Breaking News

Hardiknas, Sekretaris PCNU: NU Punya Pekerjaan Rumah


Wawancara eksklusif bersama Sekretaris PCNU Kota Bekasi


Pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Bekasi Ayi Nurdin mengungkapkan bahwa ajaran Islam yang sejuk ala Ahlussunnah Wal Jama'ah (Aswaja) An-Nahdliyah harus dikibarkan di sekolah-sekolah umum.

"Karena selama ini, di sekolah-sekolah umum seringkali kita lihat tersusupi oleh paham-paham radikal yang tidak sesuai dengan Islam yang dibawa ulama terdahulu. Saya pikir, ini menjadi tanggungjawab NU agar bisa masuk ke lembaga-lembaga pendidikan," ungkapnya, saat memberikan komentar mengenai Hardiknas di sela-sela acara Isra Mi'raj dan Pelantikan Majelis Wakil Cabang (MWC) NU Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Selasa (1/5).

Bahkan, lanjut Ayi, berdasarkan penelitian, paham radikalisme di sekolah-sekolah umum sangat tinggi. Sementara pekerjaan rumah bagi NU adalah harus mampu menangkalnya. 

"Pemahaman yang diberikan di sekolah-sekolah umum yang selama ini diajarkan tidak memiliki counter. Karena mereka itu mempelajari Islam hanya selesai pada sebatas Islam," katanya. 

Berbeda dengan Madrasah Aliyah, Ayi menyebutkan, berbagai referensi dari berbagai kitab kuning dipelajari. Sehingga ketika ada perbedaan pendapat, murid madrasah bisa memahami dengan kajian terlebih dulu.

"Lah, mereka yang tidak sekolah di madrasah ngertinya hanya Al-Quran dan Hadits, itu pun terjemahan. Kalau murid madrasah tidak begitu. Murid-murid madrasah bisa paham dan memilah antara paham yang harus diikuti dan pemahaman yang tidak harus diikuti atau ditinggalkan," kata Alumni Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung ini.

Dari berbagai diskusi yang dilakukan, Ayi mengaku bahwa paham radikalisme di Kota Bekasi memang gencar dilakukan di sekolah-sekolah umum yang menjadi tempat atau sasaran empuk dalam menyebarkannya. 

"Pekerjaan rumah kita (NU) sekarang, adalah bagaimana bisa memasukkan berbagai program-program keagamaan yang sejuk dan toleran ke lembaga-lembaga pendidikan sehingga paham radikalisme berkurang, bahkan tersingkirkan," katanya. 

Ia mengungkapkan bahwa kelebihan sekaligus kekurangan warga NU adalah memiliki sikap tawadhu. Sehingga dalam kehidupan di perkotaan, berbagai kesempatan dan posisi strategis seringkali diserobot oleh golongan yang bertentangan dengan NU.

"Selama di pesantren, kita ini selalu diajarkan bagaimana bersikap tawadhu. Menempatkan adab di atas ilmu. Kita tidak akan maju ke depan karena selalu merasa ada yang lebih pintar dari kita. Kalau di perkampungan, tidak masalah. Tapi kalau di perkotaan, saya rasa ini menjadi hambatan," tuturnya. 

Terakhir, Ayi berungkap bahwa NU harus berjuang untuk selalu memberikan pemahaman tentang Islam yang ramah ke sekolah-sekolah. Hal itu menjadi bagian terpenting dalam meneruskan perjuangan para ulama pendiri NU dan pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Aru Elgete)

Tidak ada komentar