Banner

Breaking News

Ngopi, IPNU IPPNU Kota Bekasi Nobar dan Diskusi Sang Kyai





Warga Nahdliyin harus bisa memiliki setidaknya dua kelebihan. Yakni, humor dan kesenian. Namun, hingga saat ini belum mampu tergarap secara maksimal. Misalnya, dari sisi humor tidak banyak pelawak yang berasal dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Padahal, mayoritas warga NU punya selera humor yang baik.

Demikian diungkapkan Ketua Lembaga Pers dan Penerbitan Pimpinan Cabang Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PC IPNU) Kota Bekasi Syamsul Badri Islamy usai nonton bareng (nobar) dan diskusi Film Sang Kyai dalam agenda Ngobrol Perdalam Intelektual (Ngopi) bertajuk 'NU Pra-Kemerdekaan', di Sekretariat IPNU, Jalan Veteran 22, Margajaya, Bekasi Selatan, Ahad (15/4).

Mengenai kesenian, Syamsul melanjutkan, NU punya seorang bapak perfilman Indonesia yang merupakan Ketua pertama Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi). Hal tersebut sebagai tonggak sejarah yang hebat dan perlu untuk dilanjutkan ke depan. 

"Karena kita (warga NU) tidak melulu hanya bicara dunia intelektual dan keagamaan, sebagaimana yang kita lakukan sejauh ini. Namun, NU harus bisa juga mewarnai dunia dakwah melalui metode-metode yang akrab dengan dunia milenial. Yaitu dakwah via film atau stand up comedy misalnya," tutur alumni IAIN Sunan Ampel Surabaya ini.

Menurutnya, Sang Kyai dari sisi cerita sangat kuat. Film tersebut tidak hanya murni bicara mengenai perjuangan saja, tetapi juga ada sisi humor yang membuat penonton tidak tegang. Ada pula sisi percintaannya melalui kisah Harun dan istrinya. 

"Secara konten, film ini bagus. ceritanya sangat kuat. Ada sisi humornya. Misal, hukuman saat tidak salat jamaah, cium pantat kerbau. Santri diajak perang malah takut. Sisi percintaan pun juga ada melalui kisah Harun dan istrinya. Itu menjadi penting di dalam sebuah cerita," katanya. 

Pria asal Lamongan ini membenarkan bahwa sejarah kontribusi NU untuk kemerdekaan itu sangat panjang sekali. Bahkan, kalau membaca novel Sang Penakluk Badai, cerita sangat rinci. Sehingga sangat panjang perjuangan NU untuk memerdekaan Bangsa Indonesia. 

"Kalau di buku itu, ditulis proses-prosesnya. Mulai dari latar belakang dan berdirinya Pesantren Tebuireng, masa kecil Hadlratussyaikh KH Hasyim Asy'ari dan kiprahnya dalam.mengawal kemerdekaan. Di sana sangat detail diceritakan. Namun, karena film terbatas durasi, maka hanya diambil angle terakhir ketika beliau sudah sepuh dan menjelang wafat," pungkasnya. 

Ngobrol Perdalam Intelektual (Ngopi) adalah program rutin IPNU IPPNU Kota Bekasi setiap dua minggu sekali. Diskusi santai sembari ngopi ini dimulai sore hingga malam. Konsepnya, setiap orang diperbolehkan atau bahkan diwajibkan untuk mengeluarkan argumentasi. Berdasarkan kabar yang didapat, dua minggu selanjutnya akan membahas NU pasca kemerdekaan hingga Orde Lama. (Aru Elgete)

Tidak ada komentar