Banner

Breaking News

Penuh Haru, Gus Mus dan Buya Syafi'i Berpelukan


Buya Syafi'i Ma'arif dan KH Mustofa Bisri

Selesai dzikir sebentar, bakda salat Jumat, segera saya hampiri Buya Syafi'i Ma'arif di sisi utara dalam masjid. Memberanikan diri mengganggu dzikir Buya, saya salim dan bilang, sembari menunjuk tempat duduk KH Mustofa Bisri (Gus Mus), "Buya, Gus Mus di sana".

Tampak senyum cerah di wajah Buya Syafi'i menatap ke arah seseorang berambut putih, berpeci, dan berbaju hitam. Ia duduk bersila di seberang sana.

"Saya ke sana," kata Buya, seraya meneruskan dzikir sebentar.

Sedangkan saya terlebih dulu ke sisi selatan masjid, mendekat ke Gus Mus.

Duduk di belakang kiri Gus Mus yang sedang wirid, saya tengok ke arah Buya. Ternyata Buya menyusul saya tidak terlalu jauh. Tepat sekali Gus Mus selesai wirid, saya berbisik, "Abah, Buya ke sini".

Gus Mus menengok, tersenyum gembira dengan mata berbinar-binar, lalu berdiri menyambut Buya.

Di depan mata saya, bertemulah dua tokoh besar bangsa ini dengan wajah haru.

Keduanya berucap lirih tapi mantab, "Assalaamu’alaikum," kemudian langsung berpelukan erat-erat. Seakan tak ingin lepas. Lama sekali.

Saya rasakan, ada dialog batin antara keduanya dalam pelukan dan mimik haru itu. Tentang kerinduan yang dalam, tentang kegelisahan, tentang nasib bangsa ini, tentang kebahagiaan, tentang Tuhan.

(Disadur dari dinding facebook dokter Alim, kerabat Putri Gus Mus, Ning Ienas Tsuroiya)

Tidak ada komentar