Banner

Breaking News

Puasa Ramadhan Mengasah Jiwa Kepemimpinan





Oleh: KH Zamakhsyari Abdul Majid

Ramadhan merupakan salah satu bulan yang diagungkan Allah SWT. Bulan mulia yang penuh keberkahan dan ampunan Allah SWT.

Keindahan Ramadhan memiliki makna bagi manusia untuk lebih meningkatkan kondisi spritualitasnya. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Serta mengharap ridho dan ampunan-Nya.

Ramadhan menjadi bagian peradaban bagi kehidupan umat Islam di seluruh dunia untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-Nya.

Problematika kehidupan manusia menjadi persoalan yang dapat diminimalisir dengan segala kegiatan penunjang dalam mengembangkan keimanan kepada-Nya.

Ketentuan berpuasa bagi umat Islam telah menjadi landasan yang utama untuk dapat menjadi bagian dari proses memperbaiki diri, meningkatkan keimanan dan mewujudkan kepedulian bagi sesama manusia.

 “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al-Baqarah, [2]: 183).

Puasa diwajibkan kepada umat Islam yang beriman untuk membentuk pribadi yang bertaqwa. Baik dalam Al-Quran maupun Hadits sudah banyak tercantum berbagai dalil tentang keutamaan puasa.

Para penceramah pun sudah banyak yang menyampaikan dalam berbagai kesempatan, baik kuliah shubuh, kultum tarawih, dan tulisan di berbagai media, baik cetak maupun elektronik (online).

Puasa memberikan makna yang dalam bagi kehidupan manusia di penjuru dunia. Puasa seakan-akan memberikan isyarat bagi kita semua bahwa dalam menjalankan kehidupan perlu ada yang mengendalikan, mengingatkan dan menyadarkan pola pikir dan tingkah laku manusia yang telah dilakukan sebelumnya.

Karena setiap orang yang berpuasa pada Ramadhan, esensinya merupakan transformasi nilai dan memperbaiki kualitas diri untuk menjadi lebih baik, meningkatkan ketaqwaan dan keimanan kepada Allah SWT.

Dalam konteks kepemimpinan, ibadah puasa Ramadhan menjadi sarana membentuk kemampuan kepemimpinan untuk mencapai pembaharuan terhadap diri sendiri, keluarga, dan masyarakat.

Hal ini dipandang lebih luas karena nilai-nilai yang terdapat dari Ramadhan seperti menumbuhkan kepedulian sosial, mengendalikan diri secara emosional, mematangkan daya pikir intelektual dan tingkah laku yang proporsional, sesungguhnya menjadi hakikat kepemimpinan agar korelasi antara ibadah dan nilai-nilai tersebut dapat tercapai dengan baik.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dalam tubuh manusia terdapat sebuah daging, jika daging tersebut baik, maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika daging tersebut buruk, maka akan buruk seluruh tubuhnya. Ketahuilah, daging itu bernama hati.” (HR Bukhari dan Muslim).

Puasa sebagai pengendalian keinginan dari makan dan minum, sekaligus memimpin hati agar terhindar dari sifat-sifat buruk seperti riya', sombong, takabur, iri, dan dengki.

Sehingga Rasulullah SAW bersabda, “Banyak orang berpuasa akan tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain lapar dan haus.” (HR Thabrani).

Hal ini disebabkan karena selama berpuasa, manusia kadang tidak pernah menjaga pikiran, perkataan, sikap dan perbuatanya. Dia berpuasa tapi tetap tergoda oleh hawa nafsu dan berbuat zalim terhadap kepentingan sendiri dan kelompoknya.

Bagi seorang pemimpin, puasa menumbuhkan rasa peka, empati dan peduli terhadap keinginan serta harapan masyarakatnya. Dia mampu merasakan  problematika yang terjadi, sehingga seorang pemimpin akan bijak terhadap keputusan yang dijalankan.

Puasa juga menuntun pemimpin untuk mengoreksi dan menilai sejauh mana dia mampu memimpin diri dan masyarakatnya, dan sejauh mana pengaruh pemimpin mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap ketentuan Allah dan Rasul-Nya.

Sehingga hal itu akan berdampak kepada meningkatnya kualitas akhlak pemimpin yang dapat dirasakan bukan untuk dirinya melainkan seluruh umat manusia di muka bumi ini.

Semoga Allah selalu meridhoi niat dan ibadah kita dalam menjalankan puasa di Bulan Suci Ramadhan, dan semoga kita semua menjadi pemimpin yang dapat menyejukan, mententramkan sekaligus menumbuhkan kecintaan, dan kasih sayang dalam bingkai kesucian antar umat manusia, agama, bangsa, dan negara.

Wallahu a’lam. 


*Penulis adalah Ketua PCNU Kota Bekasi, Ketua Umum MUI Kota Bekasi, dan Wakil Ketua I FKUB Kota Bekasi.

Tidak ada komentar