Banner

Breaking News

Puasa Ramadhan Membentuk Mukmin Paripurna (2)


Ilustrasi. Sumber gambar: griyaquran.org

Oleh: Rizki Afif

Banyak orang-orang yang berpuasa, tapi kurang perhatiaan terhadap kualitas puasanya. Terlebih, atsar (dampak) yang diperoleh dari puasa. Yakni soal bagaimana menjadikan puasa sebagai wasilah agent of changeyang dapat mengubah pola pikir, pola hidup, dan pola ibadah agar menjadi lebih baik. Sehingga akan terbentuk dalam kehidupan 11 bulan pasca-Ramadhan.

Sesungguhnya, Ramadhan merupakan bulan yang syarat dengan aneka ragam kebaikan dan motivasi. Menjadikan hamba yang tegar dan sadar atas kewajibannya. Menyelaraskan kehidupan spiritual dengan kehidupan bermasyarakat. 

Sungguh merugi bagi orang mukmin, manakala Ramadhan sudah berakhir, tapi dan perilakunya masih jalan ditempat

Padahal Ramadhan adalah bulan penuh ampunan, amal kebaikan dilipatgandakan, dan penuh keberkahan.

Minimal terdapat tiga hal penting yang harus kita pahami dan renungi. Selanjutnya harus menjadi kebiasaan kita.

(Pertama: Baca di sini)

Kedua Puasa bernilai ijtimaiyah/Sosial

Puasa mendidik manusia cinta keadilan dan kebersamaan. Misal, sewaktu kita dalam menjalankan puasa, terasa puasa memberikan implikasi kebersamaan, keadilan bagi seluruh ummat Islam dan kasih sayang dengan yang lainnya, memiliki nilai filosofis persatuan dan kesatuan.

Berlomba dalam kebaikan, dimana bisa kita lihat ketika waktu berbuka yang sama, waktu menahan yang sama, tidak ada perbedaan satu dengan yang lainnya. Disinilah letak kemuliaan manusia yang diukur dengan kadar ketaatan dan ketakwaannya, semua harus berdampak dalam keadilan sosial.

Sebab kekuatan hanya bisa kita miliki dalam persatuan, persaudaraan dan kebersamaan. Sebagaimana sabda Rasulullah bahwa orang yang beriman dengan yang beriman lainnya, laksana satu bangunan yang saling menguatkan”. 

Sesungguhnya keadilan dan kebersamaan, sangatlah penting. Sehingga dapat  membuat hidup tenteram dan tenang dalam bermasyarakat. Tidak akan terjadi kesenjangan sosial dan sifat-sifat intoleran.

Sementara itu, puasa menjadikan kesalehan sosial. Puasa bukan hanya sekadar menahan diri dari lapar dan haus. Akan tetapi membimbing manusia  agar menjadi orang yang rendah hati, merasakan saudara-saudaranya ketika mereka harus menahan haus dan lapar dalam lemah dalam impitan ekonomi. 

Sehingga rasa untuk berbagi, merupakan kecerdasan sosial yang terus terasah di luar bulan Ramadhan. Jika kecerdasan sosial kita tumpul ditengah hiruk pikuk ritual keagamaan, maka dikhawatirkan kita akan tersungkur menjadi golongan orang-orang yang mendustakan agama.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman; “Tahukah engkau orang yang mendustakan Agama, maka itu orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong  memberi makan anak yatim (QS Al-Ma’un: 1-3).

Puasa membentuk masyarakat yang aman dan damai. Orang berpuasa akan otomatis membelenggu nafsu angkara murka. Ia berusaha memiliki pemikiran yang  positif. Maka kesalehan sosial yakin akan dicapai. Karena kesalehan sosial muncul dari individu-individu yang saleh.

Jadi Implikasi dari nilai sosial puasa ini adalah menjadikan manusia menjadi dermawan tidak kikir, senang berbagi, saling menjaga, saling mengamankan, dan saling menjamin keamanan antarsesama. Sehingga terhindar dari  golongan pendusta agama.


*Penulis adalah Ketua PAC IPNU Kecamatan Bekasi Selatan

Tidak ada komentar