Banner

Breaking News

Pilar Perjuangan Pasca-Ramadhan (1)



KH Zamakhsyari Abdul Majid



Seiring dengan berlalunya Ramadhan, banyak pelajaran yang dapat dipetik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Pelajaran itu adalah hukum dan hikmah, serta faedah dan fadhilah.

Setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa atas karunia-Nya, kini dapat berhari raya. Maka, sudah sepantasnya untuk bergembira merayakan sebuah momentum kebahagiaan. 

Pasca-Ramadhan, setidaknya, terdapat lima pilar perjuangan yang dapat diambil di Hari Raya Idulfitri ini sebagai sarana penguat akhlakul karimah yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama.

(Pilar Pertama) Ikhlas. 

Dalam tuntunan ibadah kepada Allah, niat ikhlas merupakan hal yang bersifat prinsipil. Sebab, niat adalah rukun dalam segala aspek ibadah. Kita kuatkan niat dalam beribadah untuk Rabb Sang Pencipta. Bukan untuk pujian manusia, dan (Ramadhan) sebagai tradisi tahunan saja. 

Sudah menjadi kemakluman bersama, bahwa ibadah akan diterima jika ada dua hal, yaitu ikhlas kepada Allah dan mutaba'ah (mengikuti) Rasulullah. Jadi, apabila salah satu dari keduanya itu tidak ada, maka dipastikan ibadahnya tidak akan diterima Allah. 

Kalau semua ibadah di bulan Ramadhan tidak didasari dengan rasa ikhlas hanya untuk Allah, maka semua aktifitas selama Ramadhan akan berhenti saat Ramadhan usai. Berkah Ramadhan sebagai bulan latihan dan ladang pahala tidak akan didapatkan, serta sia-sia begitu saja. 

قل ان صلاتي ونسكي ومحياي ومماتي لله رب العالمين (١٦٢) لا شريك له وبذالك أمرت وأنا أول المسلمون (١٦٣)


"Katakanlah (wahai Muhammad), sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah, Tuhan seluruh alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku adalah orang yang pertama-tama berserah diri". (QS Al-An'am: 162-163).

Tidak ada yang bernilai dalam melakukan amalan ibadah, terkecuali dalam dirinya dengan dibarengi rasa ikhlas. Sebab dengan ikhlas, semua amalan ibadah akan jauh bernilai dan lebih istimewa di hadapan Allah.

Untuk itu, penting kiranya memaknai arti ikhlas sebagai pembelajaran diri dalam menjalankan keimanan dan ketakwaan kepada-Nya. Karena hakikat dalam beribadah sangat tergantung pada keikhlasan. 

Hal ini berlandaskan pada hadits Shahih al-Bukhori "innamal a'malu bin-niyyat" yang dijabarkan dalam ungkapan:

كم من عمل يتصورة الدنيا فيصير من اعمال الاخرة بحسن النية، وكم من عمل يتصور بصورة الاخرة، فيصير من اعمال الدنيا بسو ء النية.


Berapa banyak amal yang berbentuk amal dunia tetapi menjadi amal akhirat karena baiknya niat, berapa banyak amal yang berbentuk amal akhirat tetapi menjadi amal dunia karena jeleknya niat.


Bersambung...


*Tulisan di atas adalah khutbah 'idulfitri yang disampaikan Ketua PCNU Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid di Masjid Jami' Al-Azhar, Jakapermai, Bekasi

Tidak ada komentar