Puncak Kesedihan Rasulullah Itu adalah Isra Mi'raj
Isra Mi'raj terjadi ketika Nabi Muhammad
sedang dalam puncak penderitaan, puncak kesusahan, dan puncak ketidaktentuan.
Karena itu, Isra Mi'raj disebut 'Amul Huzni, yaitu tahun kesedihan.
Demikian disampaikan Rois Syuriyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Musthofa Aqil Siroj dalam ceramahnya pada Peringatan
Isra Mi'raj, di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre (JIC), Jalan Kramat Jaya,
Jakarta Utara, Sabtu (14/4).
Disebut tahun kesedihan karena selama
perjalanan hidupnya, Rasulullah selalu diuji oleh Allah. Setiap orang yang
membelanya, pasti meninggal. Dari mulai ayah hingga istri tercintanya.
"Nabi Muhammad lahir, begitu lahir
bapaknya sudah meninggal. Sejak berusia 2 bulan di dalam kandungan ibunya,
bapaknya meninggal. Usia 6 tahun, ibunya meninggal. Dipelihara kakeknya selama
2 tahun, kakeknya meninggal. Ikut paman, pamannya meninggal juga. Punya istri,
istrinya meninggal," katanya.
Namun, orang-orang yang tidak suka dan
membenci Nabi Muhammad dibiarkan hidup oleh Allah. Misal, seperti Abu Jahal dan
Abu Lahab. Sampai suatu ketika, karena sudah sangat memuncak kesedihan,
keresahan, dan kegelisahannya, ia bertanya sekaligus mengeluh kepada Allah.
"Ya Allah, saya ini jadi nabi, tapi
kenapa yang membela saya meninggal semua?" kata Kiai Musthofa menirukan
ucapan Nabi Muhammad.
Kemudian, Allah menjawab bahwa segala yang
terjadi adalah bentuk kesengajaan agar Nabi Pamungkas itu tidak bergantung
kepada manusia. Melainkan wajib menggantungkan segala sesuatu kepada Allah yang
tidak pernah mati.
"Dan untuk menjawab puncak keresahan
itu, Allah mengisrami'rajkan Nabi Muhammad. Keresahan Nabi, langsung dijawab
oleh Allah," kata Ketua Umum PB Majelis Dzikir Hubbul Wathon (MDHW) asal
Cirebon itu.
Maka itu, tambah Kiai Musthofa, penutup
ayat Isra tidak sesuai dengan awalnya. Di awal, digambarkan betapa hebatnya
Allah yang telah menjalankan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram ke Masjidil
Aqsha dalam waktu yang sangat singkat.
"Karena kehebatan Allah, harusnya di
akhir ayat itu bunyinya, Innallaha 'alaa kulli syai-in Qodir. Allah Maha Hebat.
Tapi ini kenapa kok malah Innahu huwassami'ul Bashir? Oh, ternyata ada yang
Allah lihat dan Allah dengar sehingga Dia mengisrami'rajkan Nabi Muhanmad,"
katanya.
Pengasuh Pondok Pesantren Kempek Cirebon
itu menjelaskan bahwa Isra Mi'raj merupakan jawaban atas keresahan Nabi
Muhammad. Allah melihat segala kegelisahan dan mendengar pertanyaan serta keluh
kesah Penutup para Nabi dan Rasul itu. Maka, diisrami'rajkan.
"Nabi Muhammad mengajarkan kepada
kita, kalau sudah merasa berada di puncak kesedihan, kegelisahan, dan
keresahan, kembalilah kepada Allah. Caranya, dengan mengakui bahwa kita lemah.
Allah hebat dan kuasa," katanya.
Karena, Allah menyukai manusia yang mengakui
kerendahan di hadapan Allah. Pertama kali Allah mengajarkan doa kepada manusia,
yaitu Nabi Adam adalah anjuran untuk merendah dan mengakui kebesaran Allah.
"Robbanaa dzholamnaa anfusanaa wa
illam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khosiriin," pungkas
saudara kandung dari Ketua Umum PBNU KH Sa'id Aqil Siroj itu. (Aru Elgete)
Tidak ada komentar