IPNU Menuju Organisasi Pemberdaya
Sumber gambar: NU Online |
Oleh: Aru Elgete
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) sebagai
organisasi yang punya fokus terhadap pengkaderan, mesti disadari betul bahwa
tantangan IPNU kian hari semakin berat. Masalah liberalisasi ekonomi yang
berimbas pada kapitalisasi pendidikan, misalnya, berpengaruh pada kemerosotan
rating kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Hal tersebut, sangat jauh jika dibandingkan dengan
pendidikan di negara-negara berkembang lainnya. Terlebih dengan kegagapan para
pelajar di Indonesia dalam mengadaptasi kemajuan teknologi dan pesatnya arus
informasi. Kemudian, yang tak kalah penting adalah benih radikalisasi agama
yang menggejala di tubuh pelajar.
Karenanya, mau tidak mau IPNU harus dengan sistemik
melakukan penggalakan terhadap pendidikan anak-anak pintar usia remaja agar
punya kemampuan ilmu multidispliner. Dengan begitu, kader IPNU yang akan datang
dapat punya keahlian dalam berorganisasi, mengasah talenta kepemimpinan, dan
memiliki social and political concern.
IPNU juga harus segera menggalakkan peningkatan
kapasitas militansi dan pendalaman materi kaderisasi melalui berbagai workshop
kaderisasi. Dialektika programatik yang telah, sedang, dan akan digagas IPNU sesungguhnya
menjadi ikhtiar dan ijtihad organisatoris. Tujuannya tentu untuk memerankan
diri sebagai learning organization dan
menjawab impitan tantangan zaman yang sedang dihadapi.
Di masa mendatang, IPNU mesti siap menjadi
organisasi pemberdaya. Yakni sebagai wadah yang mampu memberdayakan kader
menjadi para kreator, inspirator, dan inisiator yang menjalankan roda
organisasi ke arah peran-peran profetik keumatan dan kebangsaan secara
konstekstual dan konsekuen. Untuk menuju organisasi pemberdaya, setidaknya
terdapat lima pilar yang harus menjadi titik fokus IPNU.
Pertama,
tanggungjawab bersama (group
responsibilty). Kedua, kepercayaan (trust).
Ketiga, keseriusan berproses bersama
dalam meningkatkan kemampuan diri. Keempat,
pembelajaran dan pengembangan diri (personal
and group processe skill). Kelima,
saling menjaga (carying).
Tanggungjawab bersama mutlak dilakukan melalui
sinergi programatik sesuai kewenangan masing-masing. Hal itu agar tidak terjadi
tumpang-tindih antar kewenangan sesama dan rasa saling memiliki organisasi yang
kuat.
Sementara kepercayaan juga penting diberdayakan
antar masing-masing elemen di dalam organisasi agar terjadi mutualisme pola
kerja dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Organisasi kalau sudah
saling hilang atau menghilangkan kepercayaan satu sama lain, maka dapat
dipastikan bahwa organisasi itu sedang mengalami gejala pesakitan.
Karenanya, antarkader wajib punya rasa keseriusan
untuk berproses bersama demi meningkatkan kemampuan diri. Beragam permasalahan
yang dihadapi organisasi harus dijadikan alat untuk belajar mencari formula
solutif. Dengan begitu, kader IPNU akan terbiasa menghadapi masalah dan dengan
tepat-cepat dapat menyelesaikannya sesegera mungkin.
Kemudian, pembelajaran di tubuh organisasi IPNU
sebenarnya mendapatkan inti artinya untuk menjadi sangat manusiawi. Melalui
pembelajaran, kader IPNU dapat memperluas kapasitas untuk menciptakan dan
menjadi bagian dari proses pembentukan kehidupan. Pandangan ini seiring-sejalan
dengan salam kebanggan IPNU; “Belajar, Berjuang, Bertaqwa”.
Sikap saling menjaga satu sama lain menjadi kunci
utama organisasi, tak terkecuali IPNU. Sebab, organisasi akan hancur manakala
sesama kader tidak saling menjaga, malah sebaliknya, saling menjegal karena
hal-hal yang bersifat politis.
Artinya, betapapun kuatnya arus politik yang terjadi
di dalam organisasi sebagai bagian dari dinamika internal, mesti ada
kesepakatan bersama sejauh mana koridor politik dilakukan. Juga, sejauh mana masing-masing
kader saling menjaga dan menopang satu dan lainnya.
Kelima poin itu menjadi semacam inspirasi dan terapi
bagi IPNU untuk melahirkan kader yang militan, kreator, inisiator, dan
inspirator.
Akhirnya, organisasi pemberdaya dapat menjadi peta
jalan IPNU dalam proses untuk berdaya, kreatif, inovatif, dan inspiratif.
Sehingga harapan NU dan harapan bangsa kepada kader-kader IPNU untuk menata
masa depan tidak akan sia-sia.
Sebab tidak bisa dipungkiri bahwa IPNU merupakan gerbang awal pengkaderan NU. Sementara NU, seperti yang sudah umum diperdengarkan, merupakan salah satu pemilik aset terbesar negeri. Jadi, kader IPNU yang berkualitas mesti dicetak untuk menciptakan perbaikan dan pembaruan bagi keberlangsungan hidup beragama, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
*Tulisan ini disarikan dari buku IPNU Bergerak; Dari Kaderisasi Menuju Pemberdayaan
Tidak ada komentar