Banner

Breaking News

Pilar Perjuangan Pasca-Ramadhan (2)




Ilustrasi. Sumber gambar: embunhati.com



Seiring dengan berlalunya Ramadhan, banyak pelajaran yang dapat dipetik untuk menjadi bekal dalam mengarungi kehidupan yang akan datang. Pelajaran itu adalah hukum dan hikmah, serta faedah dan fadhilah.

Setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa atas karunia-Nya, kini dapat berhari raya. Maka, sudah sepantasnya untuk bergembira merayakan sebuah momentum kebahagiaan. 

Pasca-Ramadhan, setidaknya, terdapat lima pilar perjuangan yang dapat diambil di Hari Raya Idulfitri ini sebagai sarana penguat akhlakul karimah yang sudah semestinya kita pegang teguh bersama.

(Pilar Kedua) Amanah.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Al-Khara'iti dengan sanad Hasan dan Ibnu Mas'ud dalam Makarim Akhlaq bahwa, "Puasa adalah amanah, maka hendaklah salah seorang diantara kamu menjaga amanahnya".

Tujuan utama puasa Ramadhan adalah menjadikan yang bukan hanya beriman, tetapi juga bertakwa. Sebagaimana firman Allah SWT:

 يا ايها الذين امنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa (Al-Baqarah 183).

Dari dua dalil di atas, kita akan mendapatkan dua ciri orang yang bertakwa. Pertama, merasa takut diawasi Allah. Kedua, amanah.

Puasa mendidik kita menjadi amanah. Puasa menjadi ujian amanah bagi manusia karena kewajiban syari'at adalah amanah Allah dalam diri setiap manusia. Kemudian amanah itu yang kelak akan dimintai pertanggungjawabannya.

Amanah dalam berpuasa artinya menjalankannya dari awal hingga akhir waktu. Sslain itu, meyakini bahwa puasa adalah ibadah antara hamba dan pencipta (privasi). Tidak ada yang melihat, kecuali Allah.

Dengan melaksanakan amanah tersebut, insyaallah kita akan mendapatkan pahala (kebaikan) yang besar di dunia dan akhirat. Kita tak boleh korupsi sedikit pun. Misal, diam-diam menelan air putih atau kran.

Korupsi sedetik akan menggugurkan puasa yang telah dilakukan selama berjam-jam. Satu hal kecil (dapat) memusnahkan perjuangan besar. Puasa mendidik kita menjadi orang yang amanah.

Yaitu orang-orang yang menjaga puasa dari terbit fajar hingga tergelincir matabari, yang menjaga kualitasnya dari awal sampai akhir.

Puasa mendidik kita menjadi manusia yang amanah. Bukan hanya di bulan Ramadhan saja, tetapi juga di bulan-bulan selanjutnya.

Jika kita mampu amanah dalam melakukan puasa, kita diharapkan akan menjadi amanah dalam hal lain. Misal, dalam hal jabatan dan kepemimpinan. Jadi, efek puasa bukan hanya pada satu bulan, tetapi pada bulan-bulan setelah puasa.

Puasa adalah media pelatihan diri yang efektif. Puasa melatih diri terbiasa berperilaku positif. Seperti menolong orang lain, memenuhi janji, berkata jujur, rela hati, dan rela berkorban demi kepentingan orang banyak.

(Baca juga: Pilar Pertama, Ikhlas)

Selain itu, puasa juga menjadi media pelatihan diri dari perilaku negatif. Diantaranya seperti khianat, menganggap rendah (meremehkan) amanah, tidak jujur, suka berdusta, dan sumpah palsu.

Kita semua tentu berharap, puasa kita seperti puasanya para sahabat nabi yang hanya mengharap ridho-Nya Allah, serta diterima amal dan puasa mereka. Puasa yang sukses bukanlah ditunjukkan dengan menahan dan haus saja. Sebab itu hanya penampakan luar saja.

Puasa yang sukses adalah apabila ibadah puasa kita mampu menjadi media pelatihan, penggemblengan, ketaatan, dan pensucian jiwa dari noda-noda. Terutama noda dengki, dusta, salah niat, dan buruk sangka.


Bersambung...




*Tulisan di atas adalah khutbah 'idulfitri yang disampaikan Ketua PCNU Kota Bekasi KH Zamakhsyari Abdul Majid di Masjid Jami' Al-Azhar, Jakapermai, Bekasi

Tidak ada komentar